Polri Apps
banner 728x90

AllEyesOnPapua: Konflik Masyarakat Adat dan Pemerintah Kembali Memanas

Tagar #AllEyesOnPapua.

Jakarta, Owntalk.co.id – Konflik antara masyarakat adat dan pemerintah kembali mencuat. Tagar #AllEyesOnPapua kini ramai di media sosial sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat adat Marga Awyu dan Woro yang tengah berjuang melawan pembukaan perkebunan sawit.

Tujuan utama mereka adalah membatalkan proyek tersebut demi menyelamatkan hutan yang menjadi pusat kehidupan mereka sejak ratusan tahun lalu.

Sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakat adat Papua telah menggantungkan hidup mereka pada hutan untuk berburu dan meramu. Hutan bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga sumber utama kehidupan mereka.

Kini, hutan seluas 36.094 hektar di Boven Digoel, Papua, terancam oleh rencana pembukaan lahan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari (PT IAL). Suku Awyu dan Woro, bagian dari masyarakat adat Papua, merasa proyek ini akan mengancam keberlangsungan hidup mereka.

Hendrikus Woro, perwakilan masyarakat adat, mengajukan gugatan terhadap izin lingkungan yang diberikan kepada PT IAL. Pada persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura, kuasa hukum masyarakat adat suku Awyu, Sekar Banjaran Aji, menyatakan bahwa amdal dibuat tanpa melibatkan masyarakat.

Namun, gugatan ini kalah, dan kini Mahkamah Agung menjadi harapan terakhir untuk menyelamatkan hutan mereka.

Pada Senin (27/5/2024), suku Awyu dan Moi menggelar aksi damai di depan Mahkamah Agung di Jakarta. Mereka mengenakan busana adat, mengadakan doa dan ritual, serta mendapat dukungan dari mahasiswa Papua dan organisasi masyarakat sipil.

Hendrikus Woro menegaskan, “Kami datang dari Tanah Papua ke Jakarta untuk meminta Mahkamah Agung memulihkan hak-hak kami dengan membatalkan izin perusahaan sawit.”

Undang-undang Otonomi Khusus Papua mengakui semua Orang Asli Papua (OAP) sebagai masyarakat adat. Kehidupan mereka sangat bergantung pada hutan, baik secara fisik maupun spiritual.

Menurut WALHI, sekitar 40% dari 91 juta hektar kawasan hutan Indonesia berada di Papua. Proyek perkebunan dan tambang besar-besaran mengancam kelestarian hutan ini, yang dikenal sebagai “Rimba Terakhir”.

Rimba Papua adalah rumah bagi spesies langka dan endemik, memberikan manfaat ekologis global yang besar. Di era modern ini, rimba Papua seharusnya dilindungi dan dilestarikan.

Konflik seperti ini bukan yang pertama, dan pemerintah perlu belajar dari pengalaman untuk memperketat regulasi, memastikan keterlibatan masyarakat dan pakar dalam pembentukan AMDAL.

Melalui gerakan #AllEyesOnPapua, dunia diajak untuk peduli dan mendukung perjuangan masyarakat adat Papua dalam mempertahankan hutan mereka. Keberhasilan mereka bukan hanya kemenangan lokal, tetapi juga langkah penting dalam menjaga ekosistem global yang vital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *