Polri Apps
banner 728x90

Potensi Besar Hilirisasi Rumput Laut Indonesia

Rumput laut. (Dok; Indikator)

Sebagai negara kepulauan dengan luas laut 3,7 juta kilometer persegi, Indonesia kaya akan komoditas laut, terutama rumput laut. Namun, kekayaan ini akan sia-sia tanpa hilirisasi yang tepat. Menurut Kementerian Perindustrian, hilirisasi rumput laut berpotensi mencapai pasar USD 11,8 miliar pada 2030.

Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyatakan bahwa optimalisasi produk turunan rumput laut seperti biostimulan, bioplastik, pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil adalah kunci dalam mencapai potensi tersebut.

Pengembangan dan inovasi produk menjadi sangat penting untuk mendorong hilirisasi rumput laut. Upaya ini dilakukan melalui sinergi dengan berbagai kementerian dan lembaga, penerapan program sertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta restrukturisasi mesin dan peralatan.

Saat ini, Indonesia masih mendominasi ekspor rumput laut kering, dengan 66,61 persen ekspor berupa rumput laut kering dan hanya 33,39 persen berupa produk olahan seperti karagenan dan agar-agar. Padahal, potensi pasar produk olahan rumput laut sangat besar secara global.

Menko Maritim dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, menyatakan bahwa sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keunggulan untuk budi daya rumput laut sepanjang tahun. Namun, budi daya rumput laut baru mencapai 102.000 hektare dari 12 juta hektare yang dialokasikan.

Dengan mekanisasi dan teknologi, produktivitas budi daya rumput laut skala besar dapat meningkat signifikan. Luhut menjelaskan bahwa budi daya rumput laut seluas 100 hektare dapat menghasilkan investasi sebesar USD 2-2,5 juta, menciptakan 100-150 lapangan kerja, dan menghasilkan 10-15 ribu ton rumput laut basah per tahun.

Kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk mewujudkan hilirisasi rumput laut, melibatkan berbagai kementerian, lembaga, universitas, dan mitra pembangunan. Berbagai program telah dilaksanakan, seperti penyediaan bibit berkualitas, pemetaan potensi lahan menggunakan satelit, dan riset jenis rumput laut unggul.

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memulai pilot project budi daya rumput laut skala besar di Teluk Ekas, Lombok Timur. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, berharap pilot project ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pembudidaya dalam mengembangkan rumput laut secara modern.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menekankan pentingnya hilirisasi untuk meningkatkan utilitas dan kapabilitas industri pangan berbasis rumput laut, serta mendorong diversifikasi produk menjadi biostimulan, plastik biodegradable, dan biofuel.

Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menyebut rumput laut sebagai “game changer” nyata bagi sektor maritim Indonesia. Harapannya, dengan kolaborasi yang kuat dan inovasi berkelanjutan, industri rumput laut Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh dan memberikan manfaat ekonomi-sosial.

Dengan kolaborasi dan inovasi yang berkelanjutan, hilirisasi rumput laut tidak hanya akan menciptakan ekosistem biru tetapi juga lapangan kerja lokal yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri rumput laut global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *