Polri Apps
banner 728x90

WhatsApp VS Telegram “Perang Dingin” Saling Lempar Kritikan

WhatSapp VS Telegram (Dok; Financial Express)

Jakarta, Owntalk.co.id – WhatsApp dan Telegram kembali ‘Perang Dingin’ keduanya saling melemparkan ‘kritikan’ secara terbuka. Adanya konflik ini bermula ketika Head of WhatsApp Will Cathcart melempar kritikan ke Telegram.

Cathcart mengkritik keamanan di Telegram, terutama soal sistem keamanan end-to-end encryption (enkripsi dari ujung ke ujung/E2EE).

Kritikan itu disampaikan dalam sebuah thread (utas) di akun Twitter pribadinya @wcathcart. Dalam thread itu berisi artikel dari outlet media Wired ‘The Kremlin Has Entered Chat’, artikel ini membahas bagaimana pemerintahan Vladimir Putin bisa mengintai gerak-gerik aktivis anti-anti perang Rusia melalui telegram.

“Kalau kalian pikir Telegram itu aman, anda harus baca artikel ini dan memahami kebenarannya, terutama sebelum anda menggunakaan Telegram untuk hal yang bersifat privat,” tulis Cathcart.

“Telegram tidak memiliki sistem keamanan enkripsi dari ujung ke ujung secara defaault, baik untuk percakapan pribadi maupun grup,” tambahnya.

Sebenarnya, Telegram mengadopsi enkripsi dari ujung ke ujung juga. Hanya saja sistem keamanan itu terbatas di fitur Secret Chat.

Enkripsi terbatas itu juga menjadi kritikan lain Cathcart. “Verifikasi protokol E2EEE Telegram tidak independen, Secret Chat menunjukan kemungkinan ‘diintip’ oleh aplikasi pihak ketiga,” katanya.

Cathcart juga menilai Application Programming Interface (API) Telegram juga bermasalah. Pada awal perang Rusia-Ukraina, API lokasi Telegram disebut dapat dipalsukan untuk mengidentifikasin pengguna dalam radius 2 mil (sekitar 3,2 kilometer), dengan catatan mereka telah mengaktifkan lokasinya.

Selain itu, Telegram juga mengembangkan API lainnya untuk mengizinkan akses ke konten pengguna untuk keperluan pengawasan massal. Ia juga melihat adanya kontradiksi antara kebijakan privasi Telegram dan kenyataan yang ada.

Kemudian, juru bicara Telegram Remi Vaughn membantah semua tudingan yang dilontarkan Cathcart, terutama soal enkripsi dar ujung ke ujung.

“Enkripsi end-to-end Telegram telah diverifikasi secara independen. Telegram mengklaim sebuah tim dari Universitas Udine Italia telah memverifikasi protokol MTProto 2,0 sistem yang dibuat Telegram,” jelas Vaughn.

Vaughn juga mengatakan tudingan di artikel Wired banyak memuat kesalahan. Telegram sudah memberikan responsnya kepada tim Wired, tetapi komentar itu diabaikan.

Hal itu membuat Cathcart mendapatkan informasi yang keliru Telegram mengatakan ada sejumlah kesalahan yang dibuat oleh Wired, salah satunya tentang isu pelacak lokasi.

“Pelacakan lokasi hanya aktif apabila pengguna menyalakan fitur tersebut secara sengaja. Karena itu, jumlah pengguna yang mengaktifkan pelacakan lokasi secara sengaja tidak mencapai 0,01 persen,” kata Vaughn.

Sebelumnya, WhatsApp dan Telegram sudah saling melempar krtik pada Oktober lalu yang dimana CEO Telegram Pavel Durov mengajak orang-orang untuk tidak menggunakan WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *