Polri Apps
banner 728x90

Validitas Test Swab, Ini Penjelasan Dari BIN

berita terkini batam
Ilustrasi (Foto: Owntalk)

Jakarta, owntalk.co.id – Badan Intelijen Negara (BIN) Deputi VII Wawan Hari Purwanto mengatakan BIN menggunakan 2 alat RT PCR jenis Qiagen dari Jerman dan Thermo Scientific dari Amerika saat melakukan tes swab. 

Wawan juga menyebut alat yang digunakan untuk melakukan tes swab sudah sesuai standar protokol laboratorium dan alat itu sudah melewati proses sertifikasi oleh lembaga internasional dan dinyatakan layak sesuai standar.

“Dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan 2 jenis mesin RT PCR. Yaitu, jenis Qiagen dari Jerman dan jenis Thermo Scientific dari Amerika Serikat dan memiliki sertifikat Lab BSL-2 yang telah didesain mengikuti standar protokol laboratorium, telah dilakukan proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional, World Bio Haztec (Singapura). Serta melalukan kerja sama dengan LBM Eijkman untuk standar hasil sehingga layak digunakan untuk analisis reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) yang sesuai standar,” kata Wawan dalam keterangannya, Senin (28/9/2020). Dilansir dari detikcom.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan hasil positif jadi negatif diantaranya.

Pertama, RNA/protein yang tersisa (jasad renik virus) sudah sangat sedikit, bahkan mendekati hilang, sehingga tak lagi terdeteksi

Kedua, Terjadi bias pre-analitik

Ketiga, sensitivitas reagen dapat berbeda terutama bagi pasien yang nilai CQ/CTnya sudah mendekati 40.

Menurut wawan itulah penyebab mengapa hasil positif bisa jadi negatif.

“BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel COVID-19. Kasus false positive dan false negative sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, China, dan Swedia,” ujarnya.

BIN juga diberi kewenangan oleh UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang intelijen negara untuk membentuk satgas dalam pelaksanaan aktivitas dalam pelaksanaan aktivitas intelijen.

“Ancaman kesehatan juga merupakan bagian dari ancaman terhadap keamanan manusia yang merupakan ranah BIN. Sehingga dengan dasar itu BIN turut berpartisipasi secara aktif membantu Satgas Penanganan COVID-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis), di antaranya berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi, dan kerja sama dalam pengembangan obat dan vaksin. Hal semisal ini juga dilakukan di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat memiliki National Center for Medical Intelligence (NCMI) yang melalukan surveillance penyakit menular dunia atau NATO di Eropa yang melibatkan aktivitas intelijen dalam pengkajian infrastruktur kesehatan,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *