Eropa Memperingatkan Bahaya Bisfenol A (BPA) di Kemasan Pangan

Pekerja memindahkan air minum dalam kemasan (AMDK) di pabrik air mineral kawasan Kalibata, Jakarta. (Dok; ANTARA FOTO)

Jakarta, Owntalk.co.id – Keprihatinan meningkat terkait penggunaan senyawa berbahaya Bisfenol A (BPA) dalam kemasan pangan dan minuman, menandai perlunya Indonesia untuk mempertimbangkan tindakan serupa dengan Eropa.

Pada tanggal 14 September 2023, European Environment Agency (EEA) merilis laporan yang mengungkapkan ancaman serius BPA terhadap kesehatan warga Eropa. BPA, sejenis zat kimia pengganggu hormon yang digunakan dalam kemasan makanan dan minuman, ditemukan dalam tubuh hampir semua orang di Eropa, menghadirkan risiko kesehatan berbahaya bagi jutaan orang.

Menurut laporan EEA, BPA umumnya digunakan dalam berbagai produk, termasuk botol atau galon isi ulang, wadah makanan plastik, logam, serta pipa air minum.

Namun, temuan mengenai bahaya BPA dalam banyak produk kemasan plastik telah melampaui batas toleransi. Laporan EEA memperingatkan bahwa tingkat BPA saat ini sudah “jauh di atas batas aman” bagi kesehatan.

Dalam penjelasannya, EEA, yang juga terlibat dalam proyek penelitian biomonitoring manusia di 11 negara Uni Eropa, mencatat bahwa antara 71 hingga 100 persen penduduk yang berpartisipasi dalam penelitian mungkin telah terpapar “di atas ambang batas keamanan” BPA.

“Peringatan dari EEA mengungkapkan bahwa Bisfenol A menghadirkan risiko yang lebih luas bagi kesehatan kita daripada yang pernah dipikirkan sebelumnya. Ini membutuhkan respons serius dan tindakan lanjutan di tingkat Uni Eropa untuk membatasi paparan terhadap bahan kimia yang membahayakan kesehatan penduduk Eropa,” kata Direktur Eksekutif EEA, Leena Ylä-Mononen.

Tidak hanya digunakan dalam kemasan, BPA juga ditemukan dalam resin epoksi yang digunakan dalam pelapis kaleng makanan dan tangki. Zat kimia ini dapat bermigrasi dalam jumlah sangat kecil ke makanan dan minuman di dalamnya, dengan potensi dampak pada sistem kekebalan, hormon, metabolisme, kesuburan, dan regulasi glukosa.

Sebelumnya, Uni Eropa telah melarang penggunaan BPA dalam kemasan makanan dan minuman untuk bayi dan anak di bawah tiga tahun, serta botol makanan bayi berbahan plastik keras polikarbonat sejak tahun 2011.

Pada bulan Juni, Komisi Eropa mengumumkan inisiatif untuk melarang BPA dalam semua ‘bahan kontak makanan,’ termasuk kemasan plastik dan berlapis, sebagai tanggapan terhadap laporan dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa (European Food And Safety Authority, EFSA) yang mengonfirmasi risiko kesehatan BPA pada pangan.

EFSA menetapkan Batas Asupan Harian (TDI) untuk BPA yang bisa masuk ke tubuh manusia sebesar 20.000 kali lebih rendah daripada yang ditetapkan pada tahun 2015.

Di Uni Eropa, Koalisi EDC-Free Europe, sebuah koalisi 70 organisasi prihatin mengenai bahaya BPA, telah mendesak para pemimpin Eropa untuk mengambil tindakan segera guna mengurangi paparan BPA dari kemasan plastik yang membahayakan tubuh manusia.

Mereka bahkan mengklaim bahwa ketidakpatuhan dalam mengatasi BPA dapat dianggap sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Hasil studi biomonitoring manusia di seluruh Eropa pada tahun 2022 mengkonfirmasi bahwa paparan BPA merata di antara warga UE, yang mencakup dampak negatif pada perkembangan otak anak-anak dan sistem reproduksi mereka. Koalisi ini menegaskan bahwa regulasi BPA di Eropa terlalu lambat dan harus diintensifkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *