Sah! Hak Hukum Adat Kesultanan di Kepri Diserahkan ke Tangan Kesultanan Riau Lingga

Yang Dipertuan Kuasa Wilayah Diraja Nusantara, yang saat ini dijabat oleh Yang Maha Mulia Maharaja Kutai Mulawarman. Kesultanan Kutai Mulawarman (kanan) bersama Sultan Riau Lingga, Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Raja Tengku Musta'in Wadaullah Al Khalifatul Mu'minin. (Owntalk)

Jakarta, Owntalk.co.id – Yang dipertuan Agung Diraja Nusantara beserta yang Dipertuan Kuasa Wilayah Diraja Nusantara, menganugerahkan gelar Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Raja Tengku Musta’in Wadaullah Al Khalifatul Mu’minin kepada Sultan Riau Lingga, Tengku Armizan. Penganugerahan itu disampaikan dalam sebuah acara penabalan dengan membacakan prasasti Penguat Kuasa, Sabtu, 25 Februari 2023, di Jakarta.

Dengan penabalan gelar itu, kewenangan dalam mengelola hak hukum adat kesultanan Riau Lingga di Kepulauan Riau dikembalikan ke Sultan Riau Lingga. Hal itu, disampaikan Yang Dipertuan Agung Diraja Nusantara beserta yang Dipertuan Kuasa Wilayah Diraja Nusantara, yang saat ini dijabat oleh Yang Maha Mulia Maharaja Kutai Mulawarman. Kesultanan Kutai Mulawarman merupakan kesultanan tertua di Indonesia.

Koordinator Pengarah Nasional Federasi Istana Indonesia (FISNA), Dr Shri Lalu Gde Pharma, SH, LLM, MA, (Phill), PhD. (Dok Pribadi)

”Ada tiga hal pokok mengapa kebangsawanan di Nusantara wajib dipertahankan. Yang pertama Garansi Kesuritauladan atau ‘Moral Guarantee,’ yang kedua Patriotisme Kewilayahan atau bela bangsa, dan ketiga Penjamin Skenario Masadepan Bangsa, yang menyangkut kebajikan dan marwah,” kata Koordinator Pengarah Nasional Federasi Istana Indonesia (FISNA), Dr Shri Lalu Gde Pharma, SH, LLM, MA, (Phill), PhD, kepada Owntalk.co.id, Senin, 27/2/2023.

Pengesahan bangsawan yang wujudnya kita lihat sebagai istana dan kesultanan, kata Shri Lalu, adalah upaya bangsa ini dalam memajukan peradaban melalui kesuritauladanan. ”Garda terdepan dalam menjamin tegaknya suritauladan hanya dapat kita harapkan dari bangsawan. Susah kita peroleh dari pihak lain. Kenapa, karena harus alami dan berada di dalam masyarakat bangsawan yang sudah mewajibkan kesuritauladanan dalam hidupnya, sehingga (di dalam bangsawan) mencari bibitnya lebih mudah,” ucap Shri Lalu.

”Untuk apa ada bangsawan, hari ‘gini kok ada bangsawan? Menjawab sebuah pertanyaan:
Apakah butuh istana, kesultanan, ini penting dijawab: Dan jawabannya adalah garansi moral ada di istana. Patriorisme kewilayahan merupakan tanggungjawab bangsawan, dan satu lagi, harus ada pihak yang menjamin skenario masa depan bangsa. Itu merupakan tanggungjawab utama bangsawan. Itu juga yang membuat keutuhan kita sebagai bangsa hingga saat ini masih terjaga,” tutur Shri Lalu.

Dengan penabalan Tengku Armizan sebagai Sultan Riau Lingga, kata Shri Lalu, maka garansi moral dan kesuritauladanan akan terus terjaga di Kepulauan Riau sebagai bagian dari NKRI. ”Kami juga mendukung Kepri agar membuat Peraturan Daerah tentang Adat atau Tanah Ulayat, jika hal itu dipandang penting dalam menjaga serta merawat budaya yang telah terbukti memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa,” pungkas Shri Lalu.

Ada tiga hal pokok mengapa kebangsawanan di Nusantara wajib dipertahankan. Yang pertama Garansi Kesuritauladan atau ‘Moral Guarantee,’ yang kedua Patriotisme Kewilayahan atau bela bangsa, dan ketiga Penjamin Skenario Masadepan Bangsa, yang menyangkut kebajikan dan marwah,” kata Dr Shri Lalu Gde Pharma, SH, LLM, MA, (Phill), PhD, Koordinator Pengarah Nasional Federasi Istana Indonesia (FISNA).

Prosesi penabalan Sultan Riau Lingga sebagai Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Raja Tengku Musta’in Wadaullah Al Khalifatul Mu’minin, serta permaisyuri Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Ratu Tengku Raja Permaisyuri Kesultanan Riau Lingga dianugerahi Gelar Duli Yang Mulia Sri Paduka Baginda Ratu Tengku Amisyia Dewi Ambarwati. (tangkapan layar Owntalk)

Pengesahan Negara dan PBB

Dengan penabalan dirinya sebagai Sultan Riau Lingga, Tengku Armizan menjelaskan bahwa negara telah mengakui Kesultanan Riau Lingga sebagai salah satu dari 20-an Kerajaan/Kesultanan yang masih eksis hingga Indonesia merdeka. Selanjutnya, Kesultanan Riau Lingga sebagai sebuah lembaga adat akan diregistrasi di Sekretariat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), dan merupakan pranata budaya yang memperkaya peradaban dunia

”Mohon dukungan seluruh anggota masyarakat bagi kami dalam menjalankan amanah dan tanggungjawab sebagai Sultan Riau Lingga. (Jabatan Sultan) Ini bukan gagah-gagahan, tetapi tanggungjawab moral yang harus diemban demi terjaganya budaya yang luhur di tengah masyarakat nusantara, khususnya di Kepulauan Riau,” kata Tengku Armizan yang telah menyandang gelar Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Raja Tengku Musta’in Wadaullah Al Khalifatul Mu’minin.

Berikut selengkapnya narasi penabalan Tengku Armizan sebagai Sultan Riau Lingga yang prasastinya ditandatangani di Jakarta, Sabtu, 25 Februari 2023.

Bismillahirrahmanirrahim.

Prasasti Penguat Kuasa Diraja Nusantara tentang Keberadaaan Kesultanan Riau Lingga nomor 06.

Yang dipertuan Agung Diraja Nusantara beserta yang Dipertuan Kuasa Wilayah Diraja Nusantara menganugerahkan penguat kuasa ini ke hadapan:
Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Sultan Tengku Armizan Yang Dipertuan Besar Kesultanan Riau Lingga. Dianugerahi gelar Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Raja Tengku Musta’in Wadaullah Al Khalifatul Mu’minin. Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Ratu Tengku Raja Permaisyuri Kesultanan Riau Lingga dianugerahi Gelar Duli Yang Mulia Sri Paduka Baginda Ratu Tengku Amisyia Dewi Ambarwati sebagai yang termaktub dalam Tambo Sejarah Kerajaan dan Kesultanan di Nusantara.

Bahwa Kesultanan Riau Lingga adalah salah satu Kerajaan Melayu Islam yang didirikan di Pulau Lingga. Kesultanan ini dibentuk pada tahun 1824 dari pecahan wilayah Kesultanan Johor Riau. Atas perjanjian yang disetujui oleh Britania Raya dan Hindia Belanda.

Demikian prasasti Penguat Kuasa ini dianugerahkan agar setiap orang mengetahuinya, sebagaimana haknya, dalam mengelola hak hukum adat kesultanannya dan adat istiadat kebudayaannya di dalam negara kesatuan Republik Indonesia sesuai UUD 1945. (*)

Exit mobile version