Tahniah, meski pernah gagal mencalonkan diri sebagai wakil Gubernur Kepri, kini Ansar Ahmad malah sukses menjadi Gubernur Kepri. Anak kebanggaan mak Ijah itu kini telah meraih apa yang dia cita-citakan nya.
Ditempa kehidupan yang serba sulit, masa kecil Ansar tak sebahagia seperti anak-anak pada umumnya. Kader partai Golkar yang lahir di sebuah kampung kecil di Kijang itu telah menjadi yatim ketika masih berusia 2 tahun.
Jadilah Ansar harus tumbuh tanpa merasakan kehangatan dari pelukan sang ayah.
Ansar Ahmad lahir pada tanggal 10 April 1964. Ayahnya bernama Abdul Ahad dan Ibunya bernama Ijah. Dia merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara.
Dengan kondisi seorang anak yatim, Ansar harus berjuang keras untuk menghidupi hari-harinya terutama untuk sekolah dan membantu orangtuanya. Dia harus menggantikan peran sang Ayah untuk menopang biaya pendidikan nya.
Ansar memang tak bisa berharap banyak pada emaknya, Ijah hanya bisa memberikan kasih sayang yang tulus. Soal materi, mak Ijah yang berprofesi serabutan harus bertungkus lumus menafkahi kelima anaknya. Dari berjualan apa saja yang bisa menghasilkan uang yang halal telah dilakoni oleh Ijah. Ia pernah menjadi tukang cuci pakaian, berjualan sayur dari subuh hingga siang walaupun harus menempuh perjalanan berkilo-kilo meter. Perjalanan hidup Ijah membesarkan anak-anaknya, adalah memori pahit manis yang tak dapat dilupakan oleh seorang Bupati Bintan, Ansar Ahmad.
Berita Ini Menarik Juga Dibaca !
SAH, Ansar – Marlin Dilantik Jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri
Foto ‘Toples’ Diduga Mantan Istri Anggota DPRD Tanjung Pinang Beredar
Oknum Anggota DPRD Kepri Digugat ke Pengadilan, Ini Sebabnya…
Sejak duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Ansar melakoni berbagai macam pekerjaan. Ia pernah menjadi tukang bangunan, mencuci bus, dan bahkan menjadi guru mengaji keliling.
Masjid Al Ikhlas bt.3 Tanjungpinang, menjadi saksi bisu perjalanan hidup Ansar menimba ilmu agama. Disanalah ia belajar ilmu tajwid Al-Qur’an bersama teman-teman seusianya. Kepiawaiannya dalam melantunkan ayat suci Al Quran telah mengantarkannya untuk ikut dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat kecamatan mewakili Tanjungpinang Timur. Ansar merupakan pibadi yang religius bahkan menjadi teladan bagi rekan-rekan sebayanya.
Sikapnya yang bersahabat, membuat Ansar semakin disenangi oleh kawan-kawannya. Lingkungan pergaulan baik di Tanjungpinang maupun Kijang masa lalu telah membentuk jiwa sosialnya yang sangat tinggi dan peka terhadap penderitaan sesama.
Setelah menamatkan sekolah di SMP Negeri 4 Tanjungpinang, Ansar melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Tanjungpinang. Aktifitasnya tidak ada yang berubah signifikan. Masjid masih menjadi tempat favorit baginya untuk menghabiskan masa-masa senggangnya. Kesehariannya inilah yang menjadikan pribadinya semakin matang.
Biasanya setelah pulang dari sekolah, Ansar selalu bergegas membantu sang ibu. Terutama mengumpul kayu bakar untuk keperluan dapur, bahkan mencari pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh orang dewasa seperti menjadi kuli bangunan.
Bermodal uang 90.000, yang diperolehnya melalu jualan uah-buahan, Ansar menguatkan dirinya untuk melanjutkan kuliah setelah menamatkan SMA. Universitas Riau, Pekanbaru menjadi pilihannya untuk meniti dunia pendidikan yang lebih tinggi. Kehidupan ibu kota provinsi, yang kala itu masih menjadi provinsi induk, memaksa Ansar untuk memutar otaknya.
Pribadi yang supel dan mudah bergaul menjadikan Ansar mudah diterima dilingkungan barunya. Untuk menghidupi keseharinanya dan membayar uang kuliah, Ansar tetap bekerja serabutan dan mengajar ngaji. Keberuntungan akhirnya berpihak ke Ansar setelah ia menerima bantuan beasiswa yang berati beban kebutuhannya semakin kurang.
Lanjut Baca …
Ansar memiliki jiwa entreprenureship