Simon Payung Masan Serukan Pengawalan Kasus Intan, Apresiasi PERKIT Kepri dan Paguyuban Se-Nusantara

Batam, Owntalk.co.id – Pertemuan yang digelar Pengurus PERKIT Kepri bersama sejumlah tokoh masyarakat NTT dan paguyuban lintas suku Nusantara di Kota Batam pada Selasa (25/11) sore di Café Mana, Batam Centre, mendapat apresiasi besar dari para tokoh asal Nusa Tenggara Timur.

Pertemuan tersebut digelar untuk memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap kasus penganiayaan berat yang menimpa seorang ART asal Sumba, NTT, bernama Intan.

Simon Payung Masan, tokoh masyarakat sekaligus penasehat PK NTT Kota Batam, menyampaikan penghargaan mendalam atas kepedulian nyata yang ditunjukkan PERKIT Kepri dan paguyuban-paguyuban se-Nusantara. Menurutnya, langkah tersebut bukan hanya bentuk solidaritas, tetapi juga dorongan moral penting agar proses hukum berjalan benar.

“Tak bisa dipungkiri, kasus-kasus hukum seperti ini harus kita kawal bersama. Kalau tidak, sering kali hukum itu bisa tajam ke bawah dan tumpul ke atas,” ujar Simon.

Ia menegaskan, kasus Intan kini telah menjadi perhatian nasional, bahkan sampai ke Presiden Prabowo Subianto. Karena itu, ia berharap seluruh rangkaian proses hukum dapat berlangsung transparan dan berkeadilan.

Intan, seorang ART muda asal Sumba, diduga menjadi korban penganiayaan berat oleh majikannya, Roslina, yang juga disebut sebagai otak dari tindakan keji tersebut. Selain mengalami pemukulan berulang, Intan dipaksa memakan kotoran anjing, meminum air jomboran, serta mengalami perlakuan tidak manusiawi lainnya. Ironisnya, salah satu pelaku yang turut menganiaya merupakan sepupu korban sendiri.

Kasus ini kini telah memasuki tahap pembacaan tuntutan. Namun menurut Simon, sepanjang persidangan berlangsung, tidak terlihat sedikit pun penyesalan dari pihak majikan.

“Rasa sebagai seorang ibu, penyesalan, dan rasa bersalah sama sekali tidak tampak pada majikan bernama Roslina. Ini sangat kami sesalkan,” tegasnya.

Simon berharap Pengadilan Negeri Batam, melalui majelis hakim yang menangani perkara tersebut, dapat memberi putusan seadil-adilnya dan benar-benar berpihak pada korban.

“Keadilan harus bisa dirasakan oleh Intan. Luka trauma dan kehancuran martabat yang dialaminya tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Karena itu, kami berharap hakim menegakkan hukum dengan sungguh-sungguh dan berkeadilan,” ungkapnya.

Ia juga menegaskan bahwa pengawalan terhadap kasus ini tidak akan berhenti sampai putusan akhir dijatuhkan.

“Kasus ini bukan hanya soal Intan, tetapi tentang kemanusiaan. Tentang bagaimana masyarakat dan negara hadir untuk melindungi yang lemah,” tutup Simon Payung Masan.

Exit mobile version