Jakarta, Owntalk.co.id – Private jet telah lama menjadi simbol kemewahan dan status di kalangan orang kaya di seluruh dunia. Namun, di balik kenyamanan dan eksklusivitas yang ditawarkan, penggunaan private jet membawa dampak lingkungan yang cukup serius, yang seringkali tidak disadari oleh penggunanya.
Meskipun private jet hanya digunakan oleh sebagian kecil populasi dan jauh lebih sedikit dibandingkan pesawat komersial, emisi yang dihasilkan per penumpang sangatlah tinggi.
Ini menjadi perhatian utama bagi para pemerhati lingkungan karena dampak jangka panjangnya terhadap keberlanjutan bumi dan kesehatan lingkungan global.
Dalam konteks emisi gas rumah kaca, transportasi udara, termasuk private jet, berperan signifikan dalam memperburuk perubahan iklim. Private jet, meski berukuran lebih kecil, menghasilkan lebih banyak emisi karbon dioksida (CO₂) per penumpang dibandingkan pesawat komersial.
Menurut laporan tahun 2021 dari European Federation for Transport and Environment, jet pribadi menghasilkan 5 hingga 14 kali lebih banyak polusi per penumpang daripada penerbangan komersial.
Laporan tersebut juga mengungkap bahwa private jet 50 kali lebih berpolusi dibandingkan kereta api, sebuah kenyataan yang menggambarkan betapa tidak efisiennya transportasi ini dari sisi lingkungan.
Faktor utama di balik tingginya emisi ini adalah efisiensi bahan bakar yang rendah serta jumlah penumpang yang jauh lebih sedikit dibandingkan pesawat komersial.
Seiring dengan meningkatnya popularitas dan frekuensi penggunaan private jet, kontribusi mereka terhadap pemanasan global menjadi semakin signifikan dan nyata.
Lebih mengejutkan lagi, laporan tersebut mencatat bahwa beberapa private jet dapat mengeluarkan hingga dua ton CO₂ per jam penerbangan. Untuk perspektif, angka ini sangat besar bila dibandingkan dengan rata-rata produksi tahunan CO₂ per orang di negara maju, yang mencapai 8,2 ton.
Selain itu, ketinggian di mana gas ini dilepaskan juga mempengaruhi lingkungan secara signifikan, karena semakin tinggi pesawat terbang, semakin besar pula efek rumah kaca yang dihasilkan.
Secara keseluruhan, perjalanan udara menyumbang sekitar 2 persen dari total emisi CO₂ global, sedangkan militer di seluruh dunia menyumbang sekitar 5,5 persen.
Meskipun angka ini mungkin terlihat kecil, namun dampaknya terhadap lingkungan tetap signifikan, terutama bila dikaitkan dengan ketimpangan karbon.
Ketimpangan karbon menjadi isu penting yang muncul dari penggunaan private jet. Hanya sebagian kecil populasi yang memiliki akses ke moda transportasi ini, namun mereka bertanggung jawab atas emisi karbon yang jauh lebih besar daripada mayoritas penduduk dunia.
Ini mencerminkan ketidakadilan lingkungan, di mana dampak negatif dari emisi ini dirasakan oleh seluruh populasi, terutama oleh mereka yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Orang-orang yang menggunakan private jet cenderung memiliki jejak karbon yang jauh lebih besar daripada rata-rata individu lainnya, yang semakin memperparah ketimpangan dalam tanggung jawab terhadap emisi global.
Dengan demikian, ada kebutuhan mendesak untuk mempertimbangkan kembali penggunaan pesawat pribadi dan mencari alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Mengurangi frekuensi penggunaan private jet, serta beralih ke solusi transportasi yang lebih berkelanjutan, merupakan langkah penting dalam upaya menjaga keberlangsungan lingkungan dan mewariskan bumi yang lebih sehat bagi generasi mendatang.