Batam, Owntalk.co.id – Perkumpulan Rempang Galang Bersatu (PRGB) menawarkan konsep Pembangunan rumah kepada pemerintah untuk warga yang terdampak pengembangan Rempang Eco-City.
PRGB menawarkan solusi untuk persoalan Rempang dengan konsep membangun Kawasan Budaya Rempang. Kawasan Budaya Rempang adalah pemukiman baru yang dibangun dengan desain perkampungan Melayu.
Hunian baru tersebut diberi nama “Kampung Pengembangan Nelayan Maritime City” yang akan menjadi kampung percontohan di Indonesia sebagai kampung nelayan modern dan maju.
Di Kampung Pengembangan Nelayan Maritime City itu akan tersedia berbagai fasilitas pendidikan lengkap (SD, SMP hingga SMA). Fasilitas pendidikan dari jenjang pertama hingga SMA itu, nantinya akan dibangun untuk menampung seluruh anak-anak di Pulau Rempang. Selain itu juga akan dibangun rumah ibadah seperti masjid dan gereja. Terakhir, juga ada fasilitas olahraga seperti lapangan bola dan pelabuhan berstandar nasional.
Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Rempang Galang Bersatu, Osman Hasyim
mengatakan, pergeseran masyarakat Rempang masih menyimpan sejumlah masalah. Masih banyak masyarakat yang memilih bertahan. Pembangunan rumah contoh belum menarik masyarakat yang akan digeser mau mendaftar.
Menurut Osman, ada banyak alasan warga tidak mau bergeser. Mulai dari soal ganti rugi, soal komunikasi yang kurang antara BP Batam dengan masyarakat tempatan hingga soal kehilangan identitas suku Melayu.
“Kami hadir sebagai penengah antara kebijakan pemerintah dengan masyarakat. Kami tawarkan konsep baru untuk mencari solusinya,” ungkapnya, Rabu (15/5/2024).
PRGB tidak saja berbicara saran dan usul. Tapi mereka sudah melangkah jauh dengan konsep dan animasi Kawasan Budaya Rempang. Pembangunan Kawasan Budaya Rempang ini tetap di lokasi yang sudah disediakan BP Batam, Tanjung Banon. Bedanya, rumah yang dibangun bukan mirip rumah contoh yang dibangun saat ini.
“Kita sarankan konsep perumahan perkampungan Melayu. Kalau konsep ini diterima, kita tidak saja dapat rumah tinggal, tapi juga dapat mewarisi budaya Melayu. Cara hidupnya tidak jauh dari tradisi yang ada. Kita juga menciptakan pusat ekonomi baru, pusat wisata. Dia menjadi perkampungan budaya, sehingga dengan anggaran yang sama, kita dapat tujuh manfaat, kalau konsep sekarang, kita hanya dapat rumah tinggal,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sani, Ketua PRGB. Ia menuturkan, Konsep yang ditawarkan dimulai dengan membangun kembali komunikasi dari awal antara pemerintah dengan masyarakat, membicarakan ulang soal ganti rugi hingga soal konsep Kawasan Budaya Rempang untuk pemukiman masyarakat dengan nuansa Melayu.
“Inilah yang kami inginkan. Tempat tinggal masyarakat yang baru tanpa menghilangkan identitas Melayu,” katanya.
Lanjut Sani, rumah contoh bakal menghilangkan identitas kebangsaan Melayu. Pasalnya, nuansa Melayu-nya sangat kurang.
“Perkampungan tua kami digusur, tentu kami tidak mau kehilangan identitas ke-Melayu-an kami di tempat baru. Jika konsep Kawasan Budaya Rempang ini dipakai, saya yakin banyak masyarakat yang bersedia untuk pindah,” ujarnya.
Sementara itu, Tokoh Pemuda Melayu Bang Along juga setuju dengan konsep yang ditawarkan Perkumpulan Rempang Galang Bersatu.
“Memang inilah yang kita suarakan dari kemarin. Dari dulu kita tidak menolak investasi. Tapi pemerintah harus juga mendengar keinginan masyarakat. Jangan hanya mendengar segelintir tokoh saja,” ujar Bang Long.
Konsep yang ditawarkan Perkumpulan Rempang Galang Bersatu juga didukung, budayawan Tarmizi Rumah hitam.
“Ini salah satu ide yang brilian,” ungkapnya.
Dia menilai konsep Kawasan Budaya Rempang yang dirancang PRGB dapat mengembalikan roh Melayu.
“Jangan buatkan rumah dari peradaban lain, tapi buatkan rumah dari peradaban kami (Melayu) juga,” tutupnya.