Program E-Hub Dorong Kewirausahaan di Kalangan Mahasiswa dan Milenial

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. (Dok; KemenkopUKM)

Jakarta, Owntalk.co.id – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) telah memulai inisiatif Enterpreneur Hub (E-Hub), sebuah program kolaboratif dengan sejumlah perguruan tinggi, di antaranya Universitas Hasanudin (UnHas) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha muda, terutama di kalangan mahasiswa dan milenial.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyatakan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan persentase kewirausahaan nasional.

Targetnya adalah menciptakan sekitar satu juta wirausaha baru, terutama yang berasal dari kalangan kampus. Menteri Teten juga mengungkapkan bahwa sejumlah regulasi saat ini telah mempermudah jalannya kegiatan wirausaha.

“Kerja sama ini untuk menambah persentase kewirausahaan nasional. Kita butuh sekitar satu juta wirausaha baru dan kita ingin itu dari kalangan kampus. Sejumlah regulasi saat ini juga memungkinkan semakin mudahnya dalam berwirausaha,” kata Menteri Teten.

Terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan telah membuka pintu bagi kerja sama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pengembangan ekosistem kewirausahaan.

Perpres ini menetapkan target nasional untuk rasio kewirausahaan sebesar 3,95 persen dan pertumbuhan jumlah wirausaha baru sebesar empat persen pada tahun 2024.

Menteri Teten menegaskan komitmen pemerintah untuk memberikan dukungan kepada wirausahawan muda, terutama mahasiswa, melalui pendampingan (inkubasi) dan akses ke pendanaan, dengan syarat mereka memiliki ide bisnis atau inovasi yang prospektif.

Saat ini, banyak enabler atau inkubator bisnis yang siap memberikan pendampingan komprehensif kepada siapa saja yang memiliki rencana bisnis yang menjanjikan. Terlebih jika ide bisnis yang diusung bersinggungan dengan teknologi informasi.

Menteri Teten menjelaskan bahwa saat ini tidak diperlukan kepemilikan pabrik atau fasilitas produksi sendiri. Dengan ekosistem yang dibangun, seperti fasilitas produksi bersama atau praktik maklon, individu dapat mulai menjalankan usaha mereka.

“Bahkan tidak perlu punya pabrik atau rumah produksi sendiri, dengan ekosistem yang kita bangun seperti rumah produksi bersama atau maklon orang sudah bisa memiliki usaha,” ungkapnya.

Ia mendorong agar kampus dan universitas mengubah pola pikirnya agar mahasiswanya semakin kreatif dalam menciptakan ide bisnis. Perubahan pola pikir ini bisa dimulai dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan.

Menteri Teten berpendapat bahwa perubahan ini penting untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya menghasilkan sarjana yang siap bekerja, tetapi juga mendorong lahirnya para wirausahawan.

Menteri Teten juga mendorong mahasiswa yang sedang menjalani atau merencanakan bisnis mereka untuk mengidentifikasi potensi unik di daerah mereka. Dengan analisis yang cermat, bisnis yang mereka jalani akan memiliki daya saing yang kuat di pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *