Polri Apps
banner 728x90

[Profil] Harianto, Jurnalis Yang Pernah Laporkan Walikota

Profil Harianto
Harianto, Pemilik media Alur News menceritakan masa kecilnya hingga sukses membuka perusahaan media sendiri. (foto : Owntalk)

“Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan” – Imam Syafi’i.

Mungkin itulah kalimat peribahasa yang sesuai dengan kehidupan seorang pemilik perusahaan media berita Daulat Kepri dan Alur News itu. Pemuda yang memiliki keingian belajar yang tinggi serta etos kerja yang tak lagi diragukan. Siapakah gerangan laki-laki itu?

Dia lah, Harianto, lelaki tinggi bertubuh gagah yang lahir di Tanjung Jabung, Kecamatan Nipah Panjang, Kota Jambi. Ia dibesarkan oleh kedua orang tua yang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Ayahnya (Daeng Mangatah) yang bekerja sebagai petani dan ibunya (Daeng Tammeme) adalah seorang penjual kue.

Jalan kehidupan Harianto kecil tak seindah dan semulus bagaikan cerita-cerita dongeng putra kerajaan. Bermain dengan bahagia, sekolah tanpa beban serta menikmati makanan yang lezat. Hidupnya penuh dengan rintangan yang sulit, lika-liku kehidupan, mata yang lelah serta hati yang menangis. Ya, seperti itulah kira-kira perasaan yang dapat digambarkan oleh Harianto mengenang masa kecilnya.

Harianto merupakan anak laki-laki ke enam satu-satunya dari enam bersaudara. Ia adalah sosok anak yang sangat disayang oleh kedua orang tuanya. Bahkan keluarga Harianto menyebut dirinya sebagai anak yang ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak, setelah penantian yang panjang dan harus merasakan pahitnya kehilangan anak laki-laki berkali-kali barulah Harianto kecil lahir ke dunia ini. Ibunya pernah memiliki 5 anak laki-laki sebelumnya, namun semuanya menghadap sang kuasa saat usianya yang belum genap 1 tahun. Hal itu membuat ibu Harianto merasa terpukul hingga sempat mengalami trauma. Namun kesedihan itu berlalu ketika Harianto lahir.

“Sebenarnya saya itu 11 bersaudara, 5 perempuan dan 6 laki-laki termasuk saya. Namun, sebelum saya lahir, abang-abang saya itu meninggal ketika umurnya belum genap 1 tahun. Dan setelah itu barulah saya lahir. Nah saya itu ditunggu-tunggu oleh keluarga saya. Saat ibu akan melahirkan saya, kakak perempuan diatas saya itu sampe nunggu di atas tangga,” kenang Harianto.

Akibat trauma yang dialami keluarganya akan kehilangan sosok anak laki-laki, Harianto lantas dibawa kerumah tetangganya yang merupakan keluarga keturunan Jawa untuk disusui sesaat setelah ia lahir. Sebagian masyarakat percaya bahwa jika anak yang baru lahir disusui oleh orang lain maka anak itu akan selamat. Hal itu lumrah terjadi dikalangan masyarakat Jambi dan sekitarnya. Oleh karena itu, Harianto dibawa pada ibu angkatnya selama satu hari untuk disusui dan diberi nama.

“Dulu nama saya itu Suryanto. Ibu angkat saya itu orang Jawa. Jadi saya sebenarnya keturunan suku Bugis dan Jawa juga karena yang menyusui saya kan orang Jawa,” jelas Harianto pada sesi wawancara Owntalk.

Lelaki berumur 30 tahun itu memiliki cerita hidup yang terbilang rumit. Pasalnya, pria tamatan SD 178 Nipah Panjang itu harus merasakan pindah Sekolah Dasar hingga 3 kali. Jambi, Jakarta, Jambi. Ya, tiga kali pindah SD karena masalah ekonomi, namun ia tetap dapat melanjutkan sekolahnya ke Jenjang Sekolah Menengah Pertama karena keinginan belajarnya yang tinggi serta rezeki yang diberikan oleh Tuhan, Sang Maha Kaya.

Harianto kecil harus merasakan lelahnya bekerja demi untuk menolong orang tuanya mencari nafkah. Mengantar kan kue-kue ke warung hingga bertani dan berkebun pun ia lakoni demi menolong orang tuanya. Meskipun begitu, Harianto tak pernah sama sekali mengeluh dengan apa yang dikerjakannya. Sungguh terenyuh hati ini saat membayangkan seorang anak kecil harus mencangkul diladang dengan pakaian yang lusuh namun tetap memiliki senyum diwajahnya.

Baca Halaman Selanjutnya….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *