Oleh: Simon Payung Masan
Pengurus Ikatan Keluarga Uyelewun (IKU) Kota Batam mengadakan pelantikan pada Minggu, 1 Juni 2025, bertempat di Hall PAKUBA, Kawasan Buana Central Park Tembesi. Pada kesempatan ini, pengurus IKU dilantik langsung oleh Bapak Amsakar Achmad, S.Sos., M.Si., selaku Wali Kota Batam.
Momentum ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, baik bagi IKU maupun bagi keluarga besar KEKAL Batam serta masyarakat NTT di Batam secara umum.
Sayangnya, karena kesibukannya, Ketua Umum PK-NTT Bapak Andi S. Mukhtar, S.T. tidak sempat menghadiri acara tersebut. Meski demikian, sejumlah ketua paguyuban asal NTT serta beberapa tokoh masyarakat Flores dan NTT lainnya turut hadir, menambah kekhidmatan dan kehangatan acara. Pelantikan ini dikemas secara apik—ringkas namun penuh makna—dalam suasana yang sarat keakraban dan kekeluargaan.
Sebagai penulis sekaligus tokoh masyarakat Flores di Batam, saya turut hadir menyaksikan langsung keunikan acara ini. Keunikan yang mencerminkan karakter khas Ras atau Suku Uyelewun itu sendiri. Perlu diketahui bersama, bahwa suku bangsa atau ras Kedang yang mendiami wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, memiliki ciri khas yang membedakannya dari suku-suku lainnya di wilayah tersebut.
Mereka bukan bagian dari rumpun suku bangsa Lamaholot. Bahasa yang mereka gunakan pun sangat berbeda dengan bahasa-bahasa sekitarnya. Hal ini pernah ditegaskan oleh Antropolog R.H. Barnes:
“East Flores and the three islands to the east, Solor, Adonara and Lembata, are inhabited by a population which, everywhere except in Kedang…”
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Raymundus Rede Blolong. Gunung Uyelewun, dalam kepercayaan lokal, diyakini sebagai tempat asal mula suku bangsa Kedang. Leluhur mereka disebut Uyolewun, tokoh yang diyakini sebagai leluhur dari generasi ke-60 hingga ke-70. Jika kita asumsikan satu generasi berlangsung sekitar 80 tahun, maka peradaban masyarakat Kedang di puncak Uyelewun telah berlangsung ribuan tahun.
Hal lain yang unik adalah keyakinan masyarakat Kedang bahwa semua makhluk—termasuk alam adalah saudara, bukan sesuatu yang asing. Dalam warisan tutur yang diwariskan turun-temurun, suku Uyelewun meyakini bahwa seluruh bangsa di dunia berasal dari Gunung Uyelewun, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia: Afrika, India, Eropa, Jawa, hingga Cina.
Keyakinan ini dikenal dalam istilah lokal sebagai Kaya’ Tene, yang berarti “banyak sampan ke seluruh dunia”. Mereka percaya bahwa semua berasal dari puncak Uyelewun. Sebuah kepercayaan yang mungkin sulit dipahami secara rasional, namun sangat kuat dalam tradisi mereka.
Silsilah keturunan Uyolewun masih tersimpan dan diwariskan secara sistematis hingga kini. Bukti asal-usul ini ditandai dengan simbol-simbol seperti Lapa’ Koda dan Leu Tuan Tene Maya’. Namun, Ras Uyelewun tak bisa menjelaskan secara nyata leluhur mereka karena itu adalah pantangan.
Hanya sesepuh Uyelewun yang boleh menyebut atau memanggil leluhur mereka, karena itulah kekuatan tersembunyi untuk membantu keturunannya.
Dari gambaran singkat ini, saya berharap IKU Batam dapat menjadi teladan—bukan hanya sebagai wadah silaturahmi, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai luhur warisan leluhur Uyelewun. Nilai yang mengajarkan bahwa kita semua adalah “bersaudara”, termasuk dengan alam semesta ini.
Lebih jauh, kiranya IKU Batam dapat menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kebenaran, membantu sesama, serta menjaga kelestarian lingkungan di mana pun berada.
Semoga….!!!