Malang, Owntalk.co.id – Aksi kemanusian yang digalang oleh aliansi mahasiswa lembata (AMAL) kota Malang, merupakan bukti bahwa masalah kemanusiaan adalah masalah bersama.
Beberapa organisasi yang terhimpunan dalam aliansi mahasiswa lembata malang (IKBL, IMAKMA, KOMPLEN, IMADEI, GEMOHING, LEKOT, IMALEMKA, IMLIK, HIMALUM, HIMOKOM, KOMAHI) dengan induk organisasi Ikatan Keluarga Besar Lembata (IKBL) yang menjadi fasiltator dalam penyaluran dengan penanggungjawab exen Jontona, menggelar aksi penggalangan dana selama dua hari dibeberapa titik kota malang dengan jargon yang digelorakan yaitu “Duka Mereka adalah Duka Kita Bersama”, guna membantu korban bencana banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur.
Aksi yang gelar dibeberapa titik tersebut merupakan panggilan nurani dan bentuk kepedulian terhadap korban di nusa tenggara timur. Bencana banjir bandang dan longsor yang menghantam beberapa wilayah di nusa tenggara timur tersebut yakni Flores Timur, Lembata, Kupang, Malaka Tengah dan Ngada.
Peristiwa ini mengakibatkan banyaknya kerusakan dan kerugian yang dialami. Seperti halnya di kabupaten Ngada, bencana tersebut menyebabkan adanya korban yang terdampak sebanyak 6 KK, sementara yang mengalami luka berat sebanyak 1 orang.
Baca Juga :
- Jaksa Agung Lantik Enam “Jenderal” Hukum Baru
- Diperiksa Sebagai Saksi Atas Kasus Tidak Ketahui, Tanjung Buser Melaporkan Camat Karimun ke Polda Kepri
- BRI dan Polda Kepri Jalin Sinergi, Dorong Ketahanan Pangan dan Cegah Kriminalitas Keuangan
Kabupaten Flores Timur yakni 44 orang meninggal dunia, 9 orang luka-luka, 26 orang hilang, dan 256 jiwa mengungsi. Cuaca ekstrim yang terjadi dikupang juga mengakibatkan 743 KK atau sebanyak 2.190 jiwa yang terdampak dan beberapa wilayah yang lainya seperti kabupaten Alor, Ende dan Sumba.
Sementara jumlah korban jiwa di kabupaten Lembata yakni 11 orang meninggal dunia dan 16 orang hilang.
Kabupaten Lembata sendiri terdapat dua kecamatan yang dihantam banjir bandang dan longsor yaitu kecamatan Ileape dan Omesuri.
Data Korban warga kecamatan Ileape yang mengungsi dapat diidentifikasi dibeberapa posko yaitu aula timur sebanyak 97 orang, aula Ankara sebanyak 16 orang, Mis Wangatoa sebanyak 78 orang. Jumlah korban tersebut bersumber dari beberapa desa yaitu desa Amakaka, desa Tanjung Batu, Waowala dan desa Lamawolo.
Selain itu, wilayah kecamatan omesuri yang terdampak banjir yaitu desa Wailolon, desa Nilanapo dan desa Leudanung. Korban jiwa untuk desa Wailolon sendiri sebanyak 272 jiwa dari 74 KK. Sementara untuk desa nilanapo sendiri tidak ada korban jiwa. Hanya yang menjadi masalah krusialnya adalah semua sumber penghasilan dan sumber makanan di desa Nilanapo lenyap ditelan banjir.
Sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh koordinator Aliansi Mahasiswa Lembata wilayah Omesuri, Bojess, bahwa untuk titik pada wilayah kecamatan Omesuri tepatnya desa Nilanapo yaitu kerusakan rumah dengan kategori berat sebanyak 11 rumah, kategori sedang sebanyak 7 rumah, kategori rumah rusak ringan sebanyak 12 rumah, dan kategori rumah hilang/hancur sebanyak 2 rumah. Untuk kategori hewan/ binatang peliharaan yaitu sebayak 270 ekor yang mati dan 50 ekor yang hilang. Sedangkan untuk lahan pertanian yaitu sebesar 750 Ha lahan pertanian warga dan 900 Ha perkebunan yang rusak. Tidak hanya itu, krisis air bersih dan makanan yang menimpa masyarakat desa nilanapo sampai hari ini pun tak kunjung usai.
Selain itu, untuk desa Leudanung sendiri yaitu 3 korban jiwa dan minus kerusakan rumah dan lahan pertanian.
Pendistribusian bantuan untuk para korban di kabupaten Lembata dihendel oleh masing-masing koordinator wilayah. pendistribusian yang dilakukan oleh teman-teman relawan di selesaikan dalam jangka waktu 2-3 hari.
Ini cukup menguras tenaga teman-teman relawan, namun pada prinsipnya bahwa dalam masalah kemanusian tidak pernah ada keluhan. keluhan hanya akan menjadi penghalang semangat dan kekompakan teman-teman relawan. Kekompakan dan kesolidan yang sudah sejak dahulu menjadi dasar dalam aksi kemanusian yang terbingkai rapi dalam semangat “Ta’an Tou”.
Pendistribusian yang dilakukan tersebut juga menjadi kesan tersendiri yang sangat berharga. Pasalnya, duka kemanusian yang menimpa adalah masalah yang sangat serius.
Para korban tersebut adalah saudara dan kawan dari sisi kemanusiaan. Bantuan yang didistribusikan berupa sembako dan obat-obatan. Hal ini menjadi fokus utama untuk para korban. Dengan adanya bantuan, harapanya dapat mengurangi beban ekonomi yang dirasakan.
Dana yang digelontorkan sebesar Rp 28.000.000 tersebut dipertimbangkan agar masing-masing koordinator dapat mengadakan bantuan sesuai dengan kebutuhan para korban. Hal itu menjadi tujuan utama dan niat teman-teman aliansi Mahasiswa Lembata Malang.
Pendisitribusian bantuan untuk para korban tersebut tidak terlepas dari aspek manfaat, dimana para relawan yang telah dipercayakan dan dikoordinir oleh masing-masing koordinator dapat mendistribusikan bantuan tersebut mengarah langsung kerumah-rumah maupun tempat-tempat pengugsian.
Ini dilakukan untuk mengantisipasi penumpukan bantuan di posko-posko tertentu yang mengakibatkan tidak meratanya pendistirbusian.
“Pendistribusian yang tidak merata kerap kali disengajai oleh oknum-oknum tertentu yang mencari keuntungan dalam momentum sepeti ini. Banyak yang sering ditemui dalam aksi-aksi kemanusian yang lalu,” ungkap Bojess.
“Momentum yang ditorehkan ini, menjadi representasi bahwa teman-teman relawan dan aliansi turut andil dan telah membuktikanya. Bahwa kita berbeda dalam sisi yang lain, namun satu dalam sisi kemanusiaan,” tutupnya. (Bjs)