Jakarta, Owntalk.co.id – Pembubaran PT Asuransi Jiwasraya kini telah mencapai tahap final dan diproyeksikan akan terlaksana dalam beberapa bulan ke depan. Langkah ini menandai akhir dari kisah panjang Jiwasraya, yang sempat menjadi simbol krisis dalam industri asuransi Indonesia.
Staf Khusus III Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga, menjelaskan bahwa kebangkrutan Jiwasraya sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan bisnis yang tidak sesuai dengan prinsip asuransi yang sehat.
Arya mengkritik praktik penawaran bunga tinggi yang tidak lazim dan memberikan imbal hasil yang tidak realistis, yang akhirnya menjerumuskan Jiwasraya ke dalam krisis.
“Sejarah di balik krisis ini menunjukkan bagaimana asuransi Jiwasraya dikelola dengan cara yang tidak benar, menawarkan bunga yang tidak wajar dan imbal hasil yang terlalu tinggi. Hal ini jelas menunjukkan adanya fraud,” ujar Arya saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Kamis (22/8).
Arya juga menyoroti tren tidak sehat dalam industri asuransi, di mana banyak nasabah yang menggunakan produk asuransi sebagai instrumen investasi untuk mencari keuntungan, alih-alih sebagai proteksi.
Menurutnya, pola pikir inilah yang turut berkontribusi pada masalah yang dihadapi industri asuransi di Indonesia.
“Tujuan utama asuransi adalah proteksi, bukan mencari keuntungan. Dulu banyak orang membeli asuransi dengan harapan mendapatkan keuntungan besar, dan inilah yang merusak industri asuransi kita,” jelasnya.
Sebagai bagian dari restrukturisasi, polis-polis Jiwasraya akan dialihkan ke PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life), sebuah perusahaan yang dibentuk untuk fokus pada proteksi yang benar-benar sejalan dengan prinsip dasar asuransi.
“Pak Erick Thohir mendorong penyehatan industri asuransi, dengan mengembalikan fungsinya yang sebenarnya. IFG Life akan menjadi contoh yang fokus pada proteksi jiwa yang sesungguhnya,” tambah Arya.
Saat ini, restrukturisasi polis Jiwasraya telah disetujui oleh 99,6 persen pemegang polis, jauh melampaui target awal sebesar 85 persen. Meski demikian, masih ada sekitar 1.000 pemegang polis yang belum bergabung dalam proses ini, dan jumlah ini diharapkan akan terus menurun seiring dengan pendekatan yang dilakukan oleh manajemen.
Direktur Utama Jiwasraya, Mahelan Prabantarikso, menjelaskan bahwa aset-aset Jiwasraya, termasuk kantor-kantor yang dimilikinya, akan dialihkan ke IFG Life sebagai bagian dari proses restrukturisasi.
Selain itu, sebagian besar pegawai Jiwasraya akan dipindahkan ke IFG Life atau ke perusahaan BUMN lainnya yang masih dalam tahap penyelesaian.
“Dalam rangka pembubaran ini, Jiwasraya akan masuk ke tahap likuidasi, di mana tim likuidator akan dibentuk untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada, termasuk menyelesaikan klaim bagi pemegang polis yang menolak restrukturisasi,” jelas Mahelan.
Mahelan juga berharap agar nasabah yang belum mengikuti restrukturisasi segera bergabung sebelum Jiwasraya memasuki tahap likuidasi.
Dengan pembubaran yang semakin dekat, ia menegaskan bahwa proses ini adalah langkah yang tidak bisa dihindari sesuai dengan regulasi OJK dan RPK.
“Pembubaran Jiwasraya sudah final. Ini adalah langkah yang harus diambil sesuai dengan peraturan OJK dan RPK,” pungkas Arya.