Tondano, sebuah kawasan yang memadukan keindahan alam yang memukau dengan warisan budaya Minahasa yang kaya, kini tengah menjadi sorotan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Sulawesi Utara. Berada di Kabupaten Minahasa, Tondano menawarkan lebih dari sekadar pemandangan indah; ia adalah cerminan dari sejarah panjang dan tradisi unik yang telah menjadikannya pusat peradaban dan kebudayaan Minahasa selama berabad-abad.
Kini, dengan dukungan infrastruktur yang semakin modern, Tondano siap menjadi magnet baru bagi para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Nama “Tondano” sendiri memiliki makna yang mendalam, berasal dari kata “Tou Danow” yang berarti “orang danau.” Ini merujuk pada masyarakat setempat yang sejak lama tinggal di sekitar Danau Tondano, danau yang menjadi ikon dari wilayah ini.
Dengan luas mencapai 4.278 hektare, Danau Tondano tidak hanya menawarkan pemandangan yang memukau, tetapi juga menyimpan sejarah panjang sejak masa kolonial Belanda, ketika kawasan ini sudah dikenal sebagai tempat yang strategis dengan keindahan alam yang luar biasa.
Namun, pesona Tondano bukan hanya soal keindahan alam. Di balik setiap sudutnya, terdapat kisah budaya dan sejarah yang kaya, yang tak terpisahkan dari identitas masyarakat Minahasa. Dengan tradisi yang terjaga dan warisan budaya yang masih hidup hingga saat ini, Tondano menjadi destinasi yang menawarkan pengalaman wisata yang autentik dan mendalam.
Menjawab tantangan zaman, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur di Tondano. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menegaskan bahwa infrastruktur yang memadai adalah kunci utama dalam pengembangan destinasi wisata.
“Untuk pariwisata, pertama yang harus diperbaiki infrastrukturnya, kemudian amenities dan event baru promosi besar-besaran. Kalau hal itu tidak siap, wisatawan datang sekali dan tidak akan kembali lagi. Itu yang harus kita jaga betul,” ujarnya dalam sebuah pernyataan tertulis pada Senin (29/7/2024).
Penataan Kawasan Tondano Minahasa ini telah dilakukan melalui Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman bersama Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Sulawesi Utara Ditjen Cipta Karya, dengan total anggaran sebesar Rp33,5 miliar.
Proyek penataan ini mencakup revitalisasi berbagai fasilitas publik yang akan meningkatkan daya tarik kawasan ini sebagai destinasi wisata, termasuk:
- Jalan Sam Ratulangi: Sebagai jalan utama yang kini telah ditata lebih rapi dan teratur, memudahkan akses wisatawan ke berbagai objek wisata di Tondano.
- Gerbang Plaza: Pintu masuk yang dirancang megah dan menarik, memberikan kesan pertama yang tak terlupakan bagi para pengunjung.
- Panggung dan Lapangan Sam Ratulangi (Taman God Bless Minahasa): Sebuah ruang terbuka hijau yang dilengkapi panggung untuk pertunjukan seni dan budaya, menjadi pusat aktivitas masyarakat dan wisatawan.
- Promenade: Jalur pejalan kaki yang nyaman di sepanjang tepi Danau Tondano, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati pemandangan alam sambil berjalan santai atau berfoto ria.
- Perbaikan Drainase dan Trotoar: Penataan infrastruktur ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan, tetapi juga mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat setempat dengan mengurangi risiko banjir dan genangan air.
Penataan Kawasan Tondano tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata, tetapi juga diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian lokal. Penyediaan sarana pejalan kaki yang nyaman, serta revitalisasi kawasan perkantoran dan pertokoan, akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, menyampaikan apresiasinya terhadap upaya Kementerian PUPR dalam mendukung pengembangan pariwisata di Minahasa.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Kementerian PUPR yang telah membantu meningkatkan sarana dan prasarana di Sulawesi Utara. Dengan penataan ini, kami berharap akan mendorong sektor pariwisata di Minahasa dan Sulawesi Utara,” ujarnya.
Menurut Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Wahyu Kusumosusanto, langkah penataan ini merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Infrastruktur Permukiman (RPIP) Kawasan Tondano, yang diarahkan untuk mengembangkan infrastruktur pariwisata di kawasan Danau Tondano.
“Danau Tondano merupakan salah satu danau yang diprioritaskan penanganannya secara nasional. Statusnya juga telah dituangkan dalam Perda Sulut nomor 1 tahun 2014 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014–2034 yang menetapkan DAS Tondano sebagai Kawasan Strategis Nasional sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano,” kata Wahyu.
Dengan semua upaya dan perhatian yang diberikan, Tondano kini siap menyambut wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Keindahan alamnya yang menakjubkan, dipadukan dengan budaya yang kaya dan infrastruktur yang semakin memadai, menjadikan Tondano sebagai destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan.
Di tengah hiruk-pikuk pembangunan yang terus berkembang, Tondano tetap mempertahankan pesona alaminya, menjadikannya pilihan ideal bagi para wisatawan yang mencari keseimbangan antara petualangan dan ketenangan.
Dengan segala potensinya, Tondano tidak hanya akan menjadi destinasi unggulan di tanah air, tetapi juga berpeluang besar untuk bersaing di kancah internasional, membawa kebanggaan bagi Indonesia di mata dunia.
Bagi para pencinta alam dan budaya, Tondano adalah tempat di mana pesona alami dan warisan budaya bertemu dalam harmoni yang sempurna, siap memanjakan setiap pengunjung yang datang.