Luhut Incar Afrika Jadi Pasar Kendaraan Listrik Made In Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menghadiri International Battery Summit 2024, Senin (29/7). (Dok; Kemenkomarves)

Jakarta, Owntalk.co.id – Indonesia tengah mempersiapkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai hilir, bahkan sudah merambah pasar ekspor komponen kendaraan listrik.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menargetkan benua Afrika sebagai salah satu pasar utama untuk produk baterai kendaraan listrik (EV) dari Indonesia.

“Populasi di Afrika akan berlipat ganda pada 2045, ini akan menjadi pasar yang besar,” ujar Luhut dalam acara International Battery Summit, Senin (29/7/2024). Untuk itu, Indonesia aktif mengajak negara-negara Afrika untuk bekerja sama.

Luhut menjelaskan bahwa Indonesia sudah menjalin komunikasi terkait industri kendaraan listrik dengan beberapa negara Afrika, dan pada September mendatang, rencana kerja sama ini akan dibahas lebih lanjut dalam Indonesia-Africa Forum, dengan fokus pada kolaborasi bersama Kenya dan Afrika Selatan.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Agus Tjahajana Wirakusumah, menambahkan bahwa Afrika memiliki potensi kobalt yang lebih besar dibandingkan Indonesia.

“Walaupun kita punya kobalt, tapi tidak sebanyak di Afrika. Karena kobalt kita kan nempel di nikel,” ujarnya. Agus berharap kerja sama dengan negara-negara Afrika bisa memanfaatkan potensi kobalt ini.

Selain itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengumumkan perkembangan terbaru terkait investasi konsorsium LG Energy Solution untuk pembangunan pabrik prekursor atau katoda di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.

Pembangunan ini diharapkan memperkuat integrasi ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Bahlil juga menyatakan bahwa Kawasan Industri Terpadu Batang telah dilengkapi dengan infrastruktur dasar dan utilitas yang lengkap, serta konektivitas terbaik. Kawasan ini mengadopsi konsep green, sustainable, dan circular economy, serta menjadi lokasi relokasi pabrik dari China yang terdampak perang dagang.

Sampai saat ini, investasi yang masuk ke KITB sudah mencapai Rp 14,8 triliun, berasal dari berbagai negara di Asia, Amerika, dan Eropa. Kawasan ini juga memiliki fasilitas ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta memberdayakan tenaga kerja lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *