Polri Apps
banner 728x90

Embun Upas, Fenomena Mirip Salju di Dieng dan Bromo

Ilustrasi embun upas (Dok; Wikipedia.org)

Jakarta, Owntalk.co.id – Memasuki bulan kemarau, media sosial TikTok kembali diramaikan dengan konten ‘salju’ di Dataran Tinggi Dieng dan Bromo.

Fenomena unik ini dikenal sebagai embun upas, dan selalu menjadi sorotan karena keindahan serta keunikannya.

Embun upas adalah lapisan embun beku yang menyelimuti permukaan daerah Dataran Tinggi Dieng. Meski sering disebut salju, embun upas adalah hasil pembekuan embun pada suhu di bawah 0 derajat Celsius.

Istilah ‘upas’ berarti racun dalam bahasa setempat, karena embun ini merusak tanaman perkebunan dengan membuatnya tampak seperti terkena racun setelah terpapar sinar matahari. Meski demikian, embun upas tidak berbahaya bagi manusia.

Fenomena ini muncul karena minimnya awan di langit saat musim kemarau, yang memungkinkan suhu udara turun drastis di malam hari setelah panas matahari terbuang ke angkasa. Angin Monsoon Australia atau angin timur membawa udara kering yang menurunkan kelembapan udara, menyebabkan kondensasi uap air yang kemudian membeku menjadi embun upas.

Faktor lain seperti gerak semu matahari, intrusi suhu dingin, dan penurunan suhu terhadap ketinggian juga berkontribusi pada perubahan suhu ekstrem yang dikenal sebagai bedhidhing dalam bahasa Jawa.

Embun upas membekukan jaringan pengangkut tumbuhan, merusak struktur internal dan mengganggu distribusi nutrisi serta air, sehingga tanaman mati dan menghitam.

Proses ini menyebabkan kegagalan fotosintesis dan kerusakan akar, membuat tumbuhan terlihat seperti diracun.

Dilansir dari BMKG, embun upas biasanya berlangsung dari Juli hingga September, dengan puncaknya pada Agustus. Meski bisa terjadi di luar prediksi, embun upas sering kali dimulai pada bulan Juni atau akhir Mei.

Selain di Dieng, fenomena ini juga terjadi di beberapa area savana dan lautan pasir Bromo.

Meskipun embun upas beracun bagi tanaman, fenomena ini tidak berbahaya bagi manusia. Pengunjung dapat menikmati keindahannya dan bermain di luar ruangan saat embun upas terjadi.

Jika tertarik untuk menyaksikan langsung, waktu terbaik untuk berkunjung ke Dieng atau Bromo adalah sekitar bulan Juni hingga September.

Fenomena embun upas di Dieng dan Bromo selalu menarik perhatian, terutama bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki musim dingin. Keindahan alam ini menjadi daya tarik tersendiri, menawarkan pengalaman unik yang hanya bisa ditemui setahun sekali.

Jadi, bagi kamu yang ingin menikmati ‘salju’ di Indonesia, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Dieng atau Bromo di musim kemarau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *