Polri Apps
banner 728x90

Inovasi Pangan: “Beras Mama Papua” sebagai Alternatif Berkualitas Tinggi

Produk beras sagu hasil pengembangan budi daya sagu di Papua. Sagu berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama nasional. (Dok; KEMENKOP)

Jakarta, Owntalk.co.id – Di tengah lonjakan harga beras, “Beras Mama Papua” menjadi sorotan utama dalam stan pameran di Bali. Produk yang sebenarnya adalah sagu siap saji ini menarik perhatian tidak hanya karena rasanya, tetapi juga manfaat kesehatannya yang luar biasa.

Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, mengungkapkan bahwa “Beras Mama Papua” sebenarnya adalah sagu, sebuah bahan pangan alternatif yang kini semakin populer.

Meskipun harganya cukup tinggi, sagu memiliki keunggulan nutrisi seperti indeks glikemik rendah, bebas gula, gluten, dan rendah natrium. Dalam acara pameran tersebut, berbagai produk inovatif lainnya juga dipamerkan, termasuk mi instan bebas gluten yang terbuat dari sagu.

Sagu tidak hanya menjadi alternatif karbohidrat yang kaya nutrisi, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Indonesia memiliki lahan sagu seluas 5,5 juta hektar, yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat utama.

Di tanah Papua dan Maluku sendiri, pohon sagu dapat tumbuh hingga mencapai 30 meter dan menghasilkan hingga 150-300 kilogram tepung sagu dari satu pohon.

Dalam upaya untuk meningkatkan pengolahan sagu di dalam negeri, Kementerian Perindustrian terus mendorong diversifikasi produk olahan sagu. Melalui kerja sama dengan industri pati sagu, pemerintah berharap dapat meningkatkan utilisasi produksi pati sagu hingga mencapai lebih dari 30%.

Selain itu, pengembangan model bisnis industri pati sagu dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM diharapkan dapat memperluas jangkauan bahan baku serta memberikan nilai tambah pada petani sagu.

Dengan berbagai upaya ini, sagu memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama sebagai sumber pangan karbohidrat yang berkualitas tinggi, baik untuk dalam negeri maupun pasar internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *