Jakarta, Owntalk.co.id – Siapa sangka, minyak bekas goreng yang sudah dipakai beberapa kali masih memiliki nilai ekspor? Ya, used cooking oil, atau minyak jelantah, kini menjadi komoditi ekspor ke Amerika Serikat (AS).
Sebanyak lima kontainer atau sekitar 200 metrik ton minyak jelantah, hasil pengumpulan dari Sistem Informasi Minyak Jelantah (Simijel), baru-baru ini dikirimkan ke Amerika. Proses ekspor dilakukan secara hibrida dari tiga lokasi: Gedung Pusat Kementerian Perindustrian, Gudang CV Artha Metro Oil Tangerang, dan Kantor Veriflux di Houston, Texas, AS.
Minyak jelantah tersebut akan diolah menjadi greenfuel sustainable aviation fuel/green avtur (SAF) dan hydrotreated vegetable oil/green diesel (HVO). Minyak jelantah berasal dari berbagai jenis minyak bekas pemakaian rumah tangga, seperti minyak jagung, minyak sayur, dan minyak samin.
Umumnya, minyak ini merupakan minyak bekas yang sudah digunakan beberapa kali (empat kali), sehingga kualitasnya sudah menurun.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, menyatakan bahwa greenfuel yang dihasilkan dari minyak jelantah yang dapat dilacak memiliki indeks emisi karbon sangat rendah, sesuai dengan prinsip ekonomi circular yaitu dari limbah menjadi energi.
Aspek ketelusuran menjadi prasyarat penting, karena pembeli memerlukan jaminan bahwa minyak jelantah benar-benar berasal dari titik produksi minyak jelantah, bukan dari campuran minyak segar atau minyak ilegal.
Minyak jelantah yang dapat dilacak ini sangat diminati oleh industri greenfuel dan telah menjadi standar baru di Uni Eropa dan Amerika Utara. Ketua Asosiasi Exportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI), Setiady Goenawan, mengatakan bahwa Simijel telah diperkenalkan sebagai platform digital berbasis data geotag location untuk menjamin ketelusuran rantai pasok pengumpulan minyak jelantah.
Simijel masih dalam tahap awal pengembangan dalam penerapan digitalisasi rantai pasok minyak jelantah. Sistem ini mencakup 4.000 titik, termasuk restoran, hotel, katering, dan pedagang kaki lima sebagai titik sumber minyak jelantah.
Simijel juga telah merekam data pengumpulan minyak jelantah untuk ekspor sekitar 800 metrik ton per bulan hingga saat ini, dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai seluruh anggota AEMJI dengan volume ekspor perkiraan mencapai 20 ribu metrik ton per bulan.
AEMJI mendukung pengolahan limbah minyak jelantah menjadi bahan baku industri greenfuel sebagai solusi pengurangan emisi karbon, mitigasi dampak perubahan iklim, dan optimalisasi devisa negara melalui substitusi impor BBM dan ekspor greenfuel.
Simijel juga telah diintegrasikan dengan Veriflux, penyedia platform teknologi informasi asal AS yang mengelola basis data rantai pasok, termasuk pengumpulan minyak jelantah di AS.
Veriflux didukung oleh United States Environmental Protection Agency (US EPA) untuk menjamin ketelusuran minyak jelantah hanya digunakan sebagai bahan baku industri greenfuel dan tidak disalahgunakan pada kegiatan food recycling.
Ekspor ini menjadi awal bagi eksportir minyak jelantah ke AS, dengan kerja sama bersama Veriflux untuk memenuhi standar ketelusuran yang tinggi dari AS.
Perlu dicatat bahwa Simijel dikembangkan oleh AEMJI bekerja sama dengan PT Incore System Solutions, perusahaan IT yang 100 persen dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI).
Sementara itu, Veriflux adalah penyedia platform teknologi informasi yang mengelola basis data rantai pasok kompleks, termasuk reverse logistic minyak jelantah di beberapa negara bagian Amerika Serikat