Batam, Owntalk.co.id – Dalam sebuah inspeksi mendadak (Sidak) yang dilakukan oleh Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Batam, PT Aohai Technology Indonesia, perusahaan yang memproduksi Superkomputer, menjadi fokus perhatian.
Rombongan yang dipimpin oleh Ketua Komisi I, Lik Khai, berkunjung ke Kawasan Industri Eksklusif, Kabil, dengan tujuan melihat langsung produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Alasan di balik Sidak ini adalah adanya aduan yang diterima oleh Komisi I, yang kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan langsung ke PT Aohai Technology Indonesia.
“Kedatangan kami, ingin mengecek semua dokumen operasional perusahaan. Sebab ada aduan yang kami terima, jadi kami tindaklanjuti. Tadi kami sudah minta, besok dibawa dokumen ke Kantor DPRD,” tegas Lik Khai.
Salah satu hal yang ingin dicek adalah jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di perusahaan ini, serta kebutuhan pasokan listrik yang tinggi untuk memproduksi peralatan elektronik yang diekspor ke berbagai negara.
Lik Khai menjelaskan bahwa meskipun mendukung investasi di Batam, Komisi I tetap berkomitmen untuk memastikan iklim investasi berjalan secara adil. Kedatangan mereka untuk mengecek dokumen operasional perusahaan adalah respons terhadap aduan yang mereka terima.
Rombongan Komisi I melihat langsung proses produksi Superkomputer, yang menjadi produk utama PT Aohai Technology Indonesia. Beberapa aspek yang menjadi sorotan Komisi I meliputi pemasaran produk, penggunaan listrik yang tinggi, dan penyerapan tenaga kerja.
Lik Khai menyampaikan kekhawatirannya terkait pemasaran Superkomputer di Indonesia, khususnya di Batam, dengan potensi penyalahgunaan. Ia meminta agar produk-produk tersebut lebih difokuskan untuk ekspor dan tidak beredar di dalam negeri.
Setelah kunjungan tersebut, DPRD Batam meminta PT Aohai Technology Indonesia untuk melaporkan berbagai izinnya guna dilakukan penelaahan bersama.
Sementara itu, Manajer Operasional PT Aohai Technology Indonesia, Suryanto, menjelaskan bahwa produk-produk mereka hanya diperuntukkan ekspor dan tidak dijual di Indonesia. Meskipun ada beberapa TKA yang bekerja di perusahaan tersebut, mayoritas karyawan adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
“Superkomputer ini bisa digunakan untuk penyimpanan data. Contohnya seperti perangkat penyedia big data,” jelasnya.
Namun, Suryanto juga menyampaikan keluhannya terkait sering matinya pasokan listrik di kawasan tersebut, yang menghambat produksi perusahaan.
Meskipun memiliki kebutuhan listrik sebesar 4 megawatt setiap bulan, produksi PT Aohai Technology Indonesia mencapai 40-50 ribu perangkat. Ia menegaskan bahwa perusahaan ini membayar listrik sekitar Rp1,6 miliar hingga Rp1,7 miliar setiap bulannya.