Polri Apps
banner 728x90

PT Pertamina, Pastikan Masyarakat Merasakan Manfaat Transisi Energi

Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua dari kanan) berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia (The World Economic Forum/WEF) 2023 yang digelar di Davos, Swiss, Selasa (17/1/2023). (Dok; ANTARA)

Jakarta, InfoPublik – PT Pertamina (Persero) memastikan seluruh segmen masyarakat dapat merasakan manfaat transisi energi. Hal ini merupakan komitmen global dan menjadi bagian rekomendasi kebijakan dari Business 20-Task Force Energy, Sustainbility, and Climate (B20-TF-ESC).


“Ada enam kebijakan tetapi tujuan utamanya adalah tidak ada yang tertinggal dalam masa transisi, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah,” kata Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, di Paviliun Indonesia pada World Economic Forum (WEF) yang digelar di Davos, Swiss, melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu (22/1/2023).

Adapun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, mengungkapkan soal pendanaan transisi energi Indonesia saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia (The World Economic Forum/WEF) 2023, yang digelar di Davos, Swiss.

Selanjutnya, B20-TF ESC telah melahirkan enam rekomendasi kebijakan untuk mempercepat transisi energi yang mengakomodasi tantangan, peluang, dan risiko yang terkait peningkatan transisi yang adil dan teratur di negara berkembang.

Nicke yang juga menjabat sebagai co-Chair B20-TF ESC pada G20 tahun 2022 itu mengatakan, Indonesia merupakan negara berkembang pertama yang memegang Presidensi G20.

Enam rekomendasi kebijakan tersebut, di antaranya secara progresif meningkatkan kuantum, prediktabilitas, dan kemudahan aliran pembiayaan ke negara-negara berkembang.

B20-TF ESC juga harus memastikan partisipasi UMKM dalam kegiatan transisi energi dengan pembiayaan dan “capacity building”. Kemudian, harus memfasilitasi adopsi teknologi oleh rumah tangga dan UMKM untuk penggunaan energi yang efisien, bersih, dan modern.

Rekomendasi kebijakan lain yang diperlukan, yakni percepatan penerapan solusi akses listrik terintegrasi, termasuk “off-grid” dengan partisipasi masyarakat dan elektrifikasi berbasis “grid” untuk memperluas akses energi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Oleh karena itu, satuan tugas (satgas) harus menerapkan kebijakan dengan memastikan transisi yang teratur di sumber energi primer.Bukan hanya itu, satgas juga memiliki prioritas seperti mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau serta meningkatkan keamanan energi.

Perlunya kebijakan untuk mendukung inovasi teknologi iklim dengan mendukung “start-up” dan riset universitas dengan teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia yang terampil, pengetahuan, dan “sharing facility”.


Nicke mengatakan, kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang diperlukan sebagai “key enabler” untuk mencapai tiga prioritas tersebut.

B20-TF ESC merupakan gugus tugas yang dihasilkan oleh keterlibatan kelompok B20 pada forum G20, di mana Indonesia bertindak sebagai presiden pada tahun 2022. Dimana tugas Gugus yakni menangani masalah yang berkaitan dengan energi, keberlanjutan, dan iklim dalam upaya bersama negara-negara anggota untuk mengatasi perubahan iklim.

B20 juga berperan sebagai katalis dan mendorong perusahaan atau negara untuk menjalin kemitraan global. Setidaknya, ada 36 kesepakatan kemitraan yang melibatkan 11 negara dengan potensi nilai proyek sekitar 11,5 miliar dolar AS yang dijabarkan di B20-TF ESC.

Selain itu, terdapat 12 peluang kemitraan, lima acara “business matching” dan dua kolaborasi dengan platform investasi dalam “business matching avenue” di B20-TF ESC. Oleh karena itu, aksi bisnis tersebut ditempuh melalui kemitraan global untuk mewujudkan rekomendasi kebijakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *