Di samping itu, kenaikan harga minyak dunia dinilai juga akan mendorong sejumlah proyek hulu migas yang sempat mangkrak karena terganjal masalah keekonomian beroperasi kembali. Kendati demikian, Julius mengatakan bahwa sampai dengan saat ini proyek-proyek tersebut masih dalam tahap peninjauan kembali dan evaluasi oleh bagian perencanaan SKK Migas.
“SKK Migas pasti akan memanfaatkan momentum ini dengan kalkulasi teknik dan ekonomis yang win-win dengan para KKKS,” ujarnya.
Terlepas dari semua itu, lonjakan harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak pada level tinggi dapat menjadi angin segar industri migas nasional. Pasalnya, sebagai produsen minyak yang berstatus net importer, Indonesia tetap bisa menikmati berkah dari lonjakan harga minyak dunia tersebut.
Harus diakui, sumur-sumur yang ada saat ini kebanyakan merupakan sumur tua. Nah, dengan melonjaknya harga minyak bisa jadi pendorong bagi kontraktor untuk giat kembali melakukan eksploitasi termasuk pengembangan chemical enhanced oil recovery (EOR) sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak capaian produksi minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri.
Kini pengembangan chemical EOR di dalam negeri masih tersendat lantaran masalah keekonomian proyek yang belum menarik. Pengembangan proyek itu baru bisa dilakukan bila harga chemical EOR ekonomis, dan juga harga minyak mentah dunia bergerak pada level yang baik.