Menambang Emas Hijau di Kabupaten Merauke

Emas Hijau (Vanili)

Kampung Sota berada tidak jauh dari Titik Nol Kilometer batas negara Indonesa dan Papua New Guinea (PNG) di Sota. Musa, lelaki umur 50 tahun itu memelihara tanaman vanili dengan tekun. Setiap hari dirinya membersihkan kebun dan mengawinkan vanili. Maklum vanili tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri.

Kini, ada puluhan pohon vanili milik Musa yang tengah berbuah. Ada yang sudah tua, masih muda, bahkan ada yang masih berbunga. Setiap dua hari sekali Musa menyiram tanaman vanili dengan air sumur dari samping rumahnya.

Musa bertutur, ia tertarik menanam vanili karena sebelumnya sering diminta tolong pedagang Merauke mencari vanili ke sebelah. Sebelah adalah istilah kampung di luar perbatasan atau wilayah PNG yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalnya.

Musa pun tergiur oleh transaksi jual beli vanili tersebut. Bayangkan, setiap kali ia membayar vanili kering per kilonya antara 4 juta—5 juta rupiah atau basah per kilonya mencapai 500 ribu. Hingga muncul pertanyaan kecil dibenaknya, “Kenapa tidak bisa tanam sendiri vanili di Sota? Sehingga tak harus cari di PNG (Papua Nugini).”

Masyarakat Sota, masih satu darah dengan sebagian besar penduduk PNG perbatasan. Mereka masih dalam bagian suku besar Marind, terutama subsuku Kanum. Sehingga sebagian dari mereka punya kartu merah yang bisa menjadi izin perjalanan ke sebelah dan sebaliknya. Mereka terpisahkan oleh garis negara tapi mereka masih punya darah dan tanah yang sama. Bahkan menurut mereka, penguasaan tanah suku Marind juga sampai di seberang.

Halaman Selanjutnya…

Exit mobile version