Sejarah Palestina juga tidak dapat terpisahkan dari sejarah para Nabi yang Tuhan utus untuk menyebarkan Risalahnya ke muka bumi. Palestina adalah Negeri dimana Nabi Musa AS berhijrah kepadanya dari Mesir, Negeri dimana Nabi Daud dan Sulaiman berkauasa sebagai raja atasnya di zamannya, Tempat dimana Nabi Isa AS dilahirkkan serta tempat dimana Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Mekah melalui pristiwa Isra’ dan Mi’raj ke Sidratul Muntaha.
Palestina menurut kaum Muslimin merupakan kiblat pertama serta merupakan kota suci seperti halnya Mekah dan Madinah. Palestina juga merupakan sebuah negeri yang diberkahi oleh Allah SWT, sebagaiiana firman-Nya dalam QS. Al-Isra ayat 1:
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Dengan keutamaan-keutamaan tersebut wajar apabila Negeri Palestina menjadi sebuah wilayah yang sakral tidak hanya bagi kaum muslimin, juga bagi dua agama lainnya. Perebutan negeri tersebut juga bukanlah sebuah cerita baru. Dimana dahulu sudah banyak generasi Raja diraja serta perang Salib berjilid-jilid dilakukan sebagai upaya perebutan wilayah Palestina.
Sederetan rangkaian historis bumi Palestina yang merupakan negeri yang suci seharusnya menadi pembelajaran bersama umat manusia untuk senantiasa menjadikan perdamaian dan penumpasan terhadap kebatilan sebagai solusi atas setiap permasalahan yang ada. Namun sayang seribu sayang perdamaian yang dicita-citakan harus ternodai dengan aksi penjajahan serta pembantaian biadab kepada Bangsa Palestina oleh penjajah Zionis Yahudi Israel yang mencaplok dan merampok wilayah dan kehormatan bangsa Palestina. Hal ini bermula dengan Ide penyatuan komunitas Yahudi sedunia dipicu oleh tulisan Theodore Herzl, seorang jurnalis Venesia (1860-1904) dalam bukunya “The Jewish State” yang dipublikasikan pada tahun 1896. Dimana sejumlah kaum Yahudi mulai mengambil langkah menegakan Negara Yahudi dengan menyelenggarakan Kongres Zionis se-Dunia Pertama di Basel, Swiss, yang mengumpulkan para Zionis dari berbagai aliran dan golongan sosial. Dan puncaknya Mereka mendirikan Organisasi Zionis Sedunia (World Zionist Organization) yang menyerukan kepada bangsa Yahudi agar mendirikan tanah air atau tempat tinggal untuk kaum Yahudi di Palestina. Langkah mereka didorong dan didukung oleh pemerintahan Lyold George di Inggris dan beberapa tokoh berpengaruh di Amerika. Pada puncaknya, November 1917 dideklarasikan Deklarasi Balfour yang disusun oleh Lord Balfour (Sektretaris Luar Negeri Inggris) yang berisi tentang dukungan bagi berdirinya Negara Yahudi di wilayah Palestina dengan Chalm Weizmann sebagai presiden pertamanya (1874-1952). Pemerintahan Inggris memberikan izin masuk dan memperoleh tanah di Palestina, melindungi komunitas Yahudi dari kerusuhan, serta mengizinkan pengorganisasian institusi politik Yahudi dan pembentukan angkatan bersenjata Yahudi. Di bawah kekuasaan Inggris dan Amerika, komunitas Yahudi tumbuh dengan pesat sehingga perlawanan pejuang Palestina dan pihak-pihak yang membersamainya adalah jawaban atas pendudukan Inggris dan kaum Yahudi tersebut. Diantara rentetan perlawanan yang dilakukan pejuang Palestina terhadap penjajah adalah perlawanan Syaikh Izzudin al-Qasam yang memimpin perang melawan agresi kaum Yahudi pada tahun 1935. Berlanjut Pada tahun 1937, Abdul Qadir Husaini mengambil alih komando perjuangan, namun akhirnya ia terbunuh. Ia kemudian digantikan oleh Hasan Salameh pada 1940 dan melancarkan perang gerilya melawan persekutuan penjajah Inggris-Yahudi.