Peran Ilmu Terhadap Keimanan dan Larangan Taklid

berita terkini batam
Ilustrasi (Foto: Owntalk)

Jakarta, Owntalk.co.id – Ilmu sangat bermanfaat bagi seorang mulsim, maka Iman tanpa olmu itu akan hampa, sedangkan ilmu tanpa iman itu percuma. Ada saja Muslim yang hanya mengaku beriman, tapi lalai menger jakan amal saleh. Padahal, jika memang benar-benar beriman, seharusnya melaksanakan ibadah dan amal kebaikan lainnya secara berkelanjutan.

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, yang tidak akan memberatkan. Namun, bukan berarti penganutnya dapat menggampangkan urusan agama dengan alasan yang dibuat-buat sendiri.

Padahal, iman dan Ilmu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena, apabila salah satunya hilang, kesungguhan menjalankan Islam menjadi tidak sempurna. Iman tanpa ilmu itu hampa, sedangkan ilmu tanpa iman itu percuma.

Qur’an Surat-Mujadilah ayat 11 : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : “berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscahya Allah akan memberi kelapangan untuk mu. Dan apabila dikatakan : “berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscahya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 58. 11).

Beriman artinya mempunyai orientasi Ketuhanan dalam hidup dengan menjadikan perkenanan Tuhan sebagai tujuan segala kegiatan. Dan Berilmu berarti mengerti ajaran secara benar dan memahami lingkungan hidup dimana dia akan berkiprah. Seperti ilmu yang dikaruniakan Allah kepada Adam sebagai bekal menjalankan tugas kekhalifahan di bumi, dan menjadi keunggulan nya atas para malaikat.

Beriman Memerlukan Ilmu
Seperti yang dikatakan dalam (Q.S. 58 : 11), yang menegaskan bahwa janji keunggulan, superioritas, dan supremasi diberikan Allah kepada mereka yang Beriman dan Berilmu sekaligus. Iman akan mendorong kita untuk berbuat baik guna mendapatkan Ridho Allah, dan Ilmu akan melengkapi kita dengan kemampuan menemukan cara yang paling efektif dan tepat dalam melaksanakan dorongan untuk berbuat baik itu. Dengan kata lain, Iman mendidik kita untuk mempunyai komitmen kepada nilai-nilai luhur, dan ilmu memberi kita kecakapan teknis guna merealisasikan nya. Ringkasnya, Iman dan Ilmu secara bersama akan membuat kita menjadi orang baik dan sekaligus tau cara yang tepat untuk mewujudkan kebaikan itu sendiri. Maka dapat dimengerti mengapa Iman dan Ilmu merupakan jaminan keunggulan dan superioritas.
Agama Islam memerintahkan para pemeluknya untuk mengikuti dalil dan tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid (baca: mengekor/membeo) kecuali dalam keadaan darurat (mendesak), yaitu tatkala seorang tidak mampu mengetahui dan mengenal dalil dengan pasti. Hal ini berlaku dalam seluruh permasalahan agama, baik yang terkait dengan akidah maupun hukum (fikih).

Oleh karena itu, seorang yang mampu berijtihad dalam permasalahan fikih, misalnya, tidak diperkenankan untuk bertaklid. Demikian pula seorang yang mampu untuk meneliti berbagai nash-nash syari’at yang terkait dengan permasalahan akidah, tidak diperbolehkan untuk bertaklid.

Mengapa Taklid Tidak Diperkenankan?

Agama ini tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid pada suatu pendapat tanpa memperhatikan dalilnya. Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut:

Pertama: Allah ta’alla memerintahkan para hamba-Nya untuk memikirkan (bertafakkur) dan merenungi (bertadabbur) ayat-ayat-Nya. Allah ta’alla berfirman,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191).

Kedua: Allah ta’alla mencela taklid dan kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah ta’alla berfirman,

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).

Allah ta’alla juga berfirman,

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).

Exit mobile version