Polri Apps
banner 728x90

5 Contoh Iklan di TV dan Kesalahannya

Ilustrasi Iklan di Televisi. (Foto : Istimewa)

Seiring dengan kemajuan informasi, entah sadar atau tidak justru adakalanya iklan jauh dari bahasa yang efektif dan tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang benar.

Para penggarap iklan menganggap bahwa menggunakan kosa kata dari bahasa Indonesia yang telah dibakukan terkesan kaku dan sulit akrab di telinga masyarakat, padahal seperti tertulis pada pasal 36 UUD 45 1945 yakni “bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.” Bahasa iklan mempunyai pengaruh kuat dalam penyebarannya kepada masyarakat. Oleh karena itu, siapa pun itu termasuk pembuat iklan harus menjunjung bahasa Indonesia tanpa merusaknya.

Berikut Owntalk.co.id, Rangkum 5 contoh penggunaan Iklan yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar di televisi.

  1. Iklan Rokok Gudang Garam
    Beberapa Pemuda berkumupl di sebuah rumah, Kemudian telepon berdering. Seorang gadis cantik dibalik telepon menggunakan baju merah dan lipstik merah.
    Dialog
    KRIIIING…KRIIIING
    BI(1)/pemuda : Halo?
    BIU (si gadis) : Jumat ini kamu ada acara nggak?
    BI(1)/pemuda : Saya lihat kalender dulu ya.
    Jingle : Gudang Garam (para pemuda tertawa bersama).
    Jingle : Gudang Garam Merah …
    BIU (si gadis) : Yes…!
    Teks : Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,impotensi, gangguan kehamilan dan janin.

Pada contoh peristiwa tutur dalam iklan rokok Gudang Garam Merah di atas terlihat adanya penggunaan campur kode. Penggunaan tersebut terdapat pada kata nggak dan kata yes. Kata nggak merupakan kata non baku dari tidak. Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk mengakrabkan suasana. Kata yes merupakan kata yang diambil dari bahasa Inggris yang dipakai untuk menciptakan sebuah suasana yang modern. Dari tuturan bintang iklan tersebut diharapkan pada para konsumen untuk tertarik pada produk yang mereka iklankan.

2. Iklan Gilet Goal
Seorang pria yang memiliki jambang dan kumis yang banyak diwajahnya mendatangi tukang cukur . Dia meminta kepada tukang cukur tersebut untuk dicukur dengan Gilet Goal.
BIU : Bang…! Tolongin aye dong!
BI(1) : Heh…!
BIU : Uuuuh…! Brewok angker dipiara!
BI(1) : Heh…!
Nr (l) : Cukur sampai habis, cukur habis hadiahnya
BI(2) : Wah…! Dapat mobil kijang, nih!
BIU : Bang…bang…! Coba deh! Cukur pakai ini bang!
Nr (l) : Beli Gilet Goal bertanda khusus!
Gosok bungkusnya, dan menangkan hadiah langsung.
Makin sering menggosok, makin besar kesempatan menangnya.
Gilet Goal, tahan betul tajamnya!
BIU : E…! Penonton! Buruan!

Pada contoh peristiwa tutur dalam iklan Gilet Goal di atas terlihat adanya penggunaan campur bahasa. Penggunaan tersebut terdapat pada kata Aye dan kata dipiara. Kata Aye merupakan kata non baku dari Saya. dan penggunaan kata dipiara seharusnya dipelihara. Komunikasi dalam iklan tersebut menggunakan pendekatan bahasa daerah Betawi sebagai segmentasi wilayah Ibukota Jakarta.

Lanjut Baca….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *