Polri Apps
banner 728x90
Opini  

Membedah Makna di Balik Slogan Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Pilkada Kepri

berita terkini batam
(Foto: Owntalk)

Batam, Owntalk.co.id – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kepulauan Riau, secara resmi menetapkan tiga pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur yang akan bertarung dalam Pilkada Kepri 2020 mendatang. Penetapan Pasangan calon Kepala Daerah gubernur dan wakil gubernur provinsi Kepri itu, dilakukan melalui Rapat Pelno KPU yang dilaksanakan di Hotel Nite & Day,Tanjungpinang, Rabu (23/9/2020).

Pasca penetapan paslon, tahapan selanjutnya adalah pengundian nomor urut. Hasilnya, paslon Soerya Respationo-Iman Sutiawan memperoleh nomor urut 1, lalu Isdianto-Suryani nomor urut 2, dan Ansar Ahmad-Marlin Agustina nomor urut 3. Proses undi nomor urut ini dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kepri di Hotel CK Tanjungpinang, Kamis (24/9).

Catatan kali ini, merupakan catatan lepas dari penulis yang sengaja membedah slogan para pasangan calon Gubernur Kepri, dengan pendekatan etimologi slogan, yang dikomparasi dengan latar belakang paslon yang akan bertarung dalam kancah politik pilkada Kepri mendatang.

AMAN: Ansar Ahmad & Marlin Agustina

Kamus umum bahasa Indonesia mencatat kata AMAN berarti bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindung atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang.

Artikulasi kata Aman yang dilansir dari kamus umum bahasa Indonesia di atas menyiratkan makna bahwa ketika pasangan ini menahkodai Kepri lima tahun mendatang, Kepri akan berada dalam zona aman, tanpa gangguan serta terlindungi dari carut marut tata kelola pemerintahan, tata kelola ekonomi serta perangkat birokrasi yang jauh dari Korupsi, kolusi dan nepotisme yang selalu menjadi momok yang menggerogoti bangsa ini.

Namun menilik dari latar belakang paslon “AMAN” ini, buncahan kekhawatiran justru menyeruak, mengingat Paslon ini seakan melestarikan politik oligarki di provinsi seribu pulau ini, lantaran anak dari Pak Ansar Ahmad (Roby Kurniawan) juga sedang bertarung sebagai calon wakil Bupati Bintan- Kepri, sedangkan suami dari Ibu Marlin Agustina (Muhammad Rudi) juga maju sebagai calon Wali Kota Batam pada perhelatan demokrasi 2020 ini.

Akankah pasangan AMAN ini mampu memenuhi ekspektasi publik akan suasana Kepri yang aman dari gangguan, Aman dari bahaya; atau justu mengamankan posisi demi hegemoni kekuasaan serta warisan oligarki yang sedang dirintis?

Tentu konlusi untuk menjawab pertanyaan di atas terlalu dini, namun kacamata publik Kepri yang merupakan pemegang kedaulatan tertinggi-lah yang akan menilai, menentukan, memilah serta menjatuhkan pilihan pada pesta demokrasi nantinya.

INSANI: Isdianto & Suryani

Secara etimologi, Insani berarti bersifat atau menyangkut manusia; kemanusiaan; manusiawi…

Membaca arti kata Insani yang tertoreh dalam kamus umum bahasa Indonesia di atas, terbetik tanya “apakah pasangan calon gubernur Kepri dengan nomor urut 2 ini mampu mengkonstruksi kebijakan-kebijakan dalam membangun Kepri ke depan dengan tetap mengedepankan konsep pembangunan manusia sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan?

Pertanyaan awal itu patut untuk dilontarkan lantaran bila kita menakar Daerah Kepulauan Riau yang merupakan beranda depan Indonesia dengan segala potensi kekayaan dan sumberdaya yang dimiliki, sebuah wilayah yang bergerak cepat dan dinamis, gelanggang persaingan antar sektor, baik lokal, regional maupun internasional yang begitu cepat; pun pula dipadu dengan pola relasi interaksi yang demikian beragam antara warga, pemerintah kabupaten/kota, sektor swasta serta lembaga-lembaga pendukung lainnya.

Maka publik kepri sangat membutuhkan komitmen kuat dari pemimpin kepri yang berwawasan global namun membumi, pemimpin yang tidak mereduksi nilai-nilai kearifan lokal dan berlindung di balik baju primordial, pemimpin yang bukan hanya mampu menggerakkan serta mendayagunakan seluruh potensi yang ada demi mempertahankan kekuasaan; tetapi pemimpin yang punya kapabilitas, integritas, dan sanggup melahirkan konsep-konsep pembangunan berbasis kemanusiaan, yang memberdayakan partisipasi warga masyarakat dalam proses pembangunan, karena muara dari seluruh proses pembangunan adalah mengangkat harkat martabat manusia menjadi lebih manusiawi, dari sekadar insan menjadi lebih insani.

Realitas membuktikan bahwa Bapak Isdianto yang notabene adalah calon petahana, yang meneruskan carut marut politik Kepri yang penuh dengan intrik dan sarat akan muatan korupsi; sudah menjernihkan benang kusut yang selama ini melilit wajah kepulauan Riau, atau justru hanya mampu melahirkan kebijakan-kebijakan yang kurang membumi, jargon-jargon di atas kertas, dan belum mampu menggerakkan partisipasi warga secara nyata?

Apakah Kebijakan dan program pemerintah Kepri selama ini sudah didukung dengan regulasi yang jelas dari legislatif, di mana Ibu Suryani berkarya selama dua periode ini, atau justru produk peraturan daerah (PERDA) yang dihasilkan selama ini kurang berdampak pada peningkatan daya saing serta kompetensi masyarakat, dan justru cenderung menguntungkan pihak pemodal besar?

Apakah kebijakan pemerintah di bawah komando Pak Isdianto juga produk perda di tangan Ibu Suryani selama ini sudah menunjukan keberpihakan pemerintah Kepri terhadap warga yang termarjinalkan oleh pembangunan, atau masih mengedepankan pembangunan yang bersifat monumental, namun sangat miskin dampaknya pada kesejahteraan warga?

Pada sektor birokrasi pemerintahan, apakah paradigma birokrasi sudah menjawabi kebutuhan publik dengan sistem pelayanan cepat, efisien, ramah, dan bebas dari pungutan liar? Atau justru birokrasi masih dijadikan mesin politik praktis sehingga memicu perpecahan dan gesekan di internal pemerintahan, sehingga tujuan eksistensi birokrasi sebagai pelayan publik menjadi terganggu?

Lagi-lagi publik Kepri pasti sedang mengkalkulasi semua itu, menakar dengan kacamata pengetahuan yang jernih, sebelum paku kekuasaan menembus kertas suara yang menjadi pilihan nurani, apakah demi Kepri yang Insani?…

SINERGI: Suryo – Imam, Energi Kepri

SINERGI yang menjadi slogan pasangan calon Gubernur Kepri nomor urut 1 ini menarik untuk di telaah. Kata Sinergi sendiri mengandung makna “Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas”.

Mencermati makna yang terkandung dalam kata Sinergi di atas, sepintas terpotret kecerdasan pasangan calon Gubernur Kepri ini dalam memilih slogan, sekaligus menggaungkan ajakan restoris kepada segenap elemen di negeri seribu pulau ini untuk bergandengan tangan membangun Kepri; sebuah slogan yang menggambarkan integritas diri calon pemimpin yang terbuka dan siap merangkul siapa saja, pemimpin yang sadar akan keterbatasan diri dan siap menjalin kemitraan yang harmonis lintas sektoral; slogan yang menggelorakan kegigihan calon pemimpin yang siap menorehkan karya yang bukan saja bermanfaat tetapi memastikan hasil yang berkualitas, tentu demi kesejahteraan masyarakat Kepri yang mereka cintai.

Bagi penulis “Sinergi” bukan sekadar slogan, tetapi semacam road map pembangunan Kepri lima tahun ke depan, apabila pasangan nomor urut 1 ini di dapuk memimpin Daerah ini. Alasan mendasarnya adalah di tengah krisis global akibat pandemi Covid-19 yang menghantam berbagai sektor, disaat pergerakan ekonomi dalam skala global terhambat akibat wabah ini, di kala kepekaan kemanusiaan kita kian tergerus karena Corona, kepedulian sosial kita kepada sesama terpasung, ruang-ruang kultis tertutup; maka sangat dibutuhkan pemimpin visioner yang konsisten menjaga sinergitas setiap pemangku kepentingan, merajut sinergitas dengan segenap elemen bangsa, segenap tokoh masyarakat dan agama, serta bersinergi dengan pluralitas masyarakat bangsa, guna bergandengan tangan menghadapi pandemi yang berkepanjangan ini.

Kepri membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki komitmen tinggi menjaga sinergitas daerah dengan pusat, dalam rangka mencapai pemerataan pembangunan. Sebagai daerah yang menjadi serambi depannya Indonesia, tentunya secara geopolitik dan geostrategis menciptakan kerawanan pada wilayah perbatasan sehingga menjadi isu yang sangat mendapatkan perhatian dari Pemerintah.Tingginya indikasi peredaran Narkoba, Human trafficking, terorisme, dan masuknya barang ilegal, merupakan isu laten yang membahayakan kedaulatan negara, apabila tidak ada sinergitas lintas sektor dalam menjaganya.

Kepri membutuhkan sinergitas seluruh aparatur negara untuk menjaga kedaulatan negeri ini. Dan komitmen ini dengan mudah di lakukan (sinergitas pusat – Daerah) mengingat sosok HM. Suryo Respationo adalah kader partai penguasa, yang saat ini sedang memimpin negeri ini. Beliau juga adalah tokoh pluralis yang sangat peduli dengan masyarakat bawah (grassroot), sosok berintegritas dengan berpegang pada prinsip satunya kata dan perbuatan.

Sinergi juga menjadi cara hidup, cara tindak, bukan sekadar pemanis baliho. Hal ini terpotret ketika pasangan nomor urut 1 calon Gubernur Kepri ini menentukan siapa pasangan yang akan menjadi partner dalam menahkodai Kepri lima tahun ke depan. Imam Sutiawan, putra tempatan kelahiran Pulau Kasu,” yang juga Ketua DPD Gerindra Kepri bersedia menjadi calon wakil gubernur Kepri mendampingi HM Suryo Respationo yang berdarah Jawa, namun telah menjadi warga Kepri, berkarya, berdomisili di negeri Segatang Lada, Kota Batam.

Akankah sinergitas calon pemimpin kepri nomor urut 1 ini mampu membawa Kepri melintasi turbulensi global ini? Hanya masyarakat Kepri yang mampu menjawabnya di bilik suara, pada saat Pilkada nanti.

Untuk masyarakat Kepri, politik di tengah pandemi membuat ruang perkenalan calon pemimpin menjadi terbatas. Kendati demikian Media sosial, serta segala perangkatnya leluasa menyajikan untuk kita. Dan tulisan ini adalah upaya kecil untuk memperkenalkan para kandidat dengan segala slogan yang mereka usung. Kenali calon pemimpin mu, tentukan pilihan dan berikan keputusan kepada pemimpin yang tepat yang berpancang amanah bersauh Marwah untuk menahkodai negeri indah ini.

Apakah anda memilih AMAN?
Apakah anda memilih INSANI?
atau justru memilih SINERGI?

Di bilik suara yang konon kecil itu, anda-lah penentunya. Pastikan anda, kertas suara, alat coblos dan Tuhan yang tau pilihan anda. Pastikan anda tebebas dari wabah Covid-19 dengan tetap mentaati protokol kesehatan serta junjung tinggi asas demokrasi kita yakni LUBER dan JURDIL. (Atanasius Dula, S.A.P)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *