Marlin Memang Baik, Tapi Amsakar Lebih Layak Pimpin Batam

Tokoh pemuda Bugis Kota Batam, Daeng Harianto.

Batam, Owntalk.co.id – Menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada), memilih pemimpin yang tepat menjadi tanggung jawab masyarakat. Terdapat empat sosok calon yang akan bertarung menjadi Walikota dan wakil walikota Batam, yaitu pasangan Amsakar-Li Claudia, Marlin-Jefridin maupun opsi kotak kosong.

Calon yang kemungkinan akan melenggang sepertinya adalah pasangan Amsakar-Claudia, mengingat telah didukung oleh 10 partai besar. Sementara pasangan kedua, Marlin dan Jefridin, yang belum mendapatkan rekomendasi satu pun, masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan rekomendasi dari dua partai politik. Yakni PDIP dan PKS.

Namun, jika Amsakar-Claudia juga nantinya berhasil meraih rekomendasi dukungan dari PKS atau PDIP. Maka kemungkinan besar pasangan ini akan melawan kotak kosong di Pilkada Batam.

Daeng Harianto, Tokoh Pemuda Bugis Kota Batam memberikan pandangan dan penilaian dari keempat sosok calon tersebut. Setiap individu perlu membuat penilaian berdasarkan rekam jejak dan kompetensi masing-masing calon. Salah satu indikator penting dalam memilih calon pemimpin adalah pengalaman politik dan pemahaman pengelolaan pemerintahan itu sendiri.

Pertama, Marlin, yang sedang menjabat sebagai Wakil Gubernur Kepri, secara politik masih tergolong baru. Padahal, Marlin nantinya akan dipilih untuk memimpin Batam.

Ia menyebut, seorang kepala daerah butuh pengalaman politik yang matang serta jaringan yang luas, baik di daerah hingga ke pusat.

“Ini sangat penting bagi seorang kepala daerah. Matang secara politik dan memiliki jaringan yang luas. Bu Marlin bukan tidak baik. Tapi belum begitu matang secara politik,” jelasnya.

Apalagi, Marlin diketahui baru menjadi salah satu partai politik di Batam. “Kalau tidak salah, beliau (Marlin) baru pas Pilpres menjadi kader partai. Sebelumnya hanya gabung di sayap kalau tidak salah. Nah, tentu terbilang belum matang. Bukan berarti tidak baik,” sebut Daeng Harianto saat ditemui, Kamis (25/7).

Lebih lanjut ia menilai. Marlin juga masih minim pengalaman dalam sebuah pemerintahan. Sebab hingga saat ini Marlin masih tercatat sebagai Wakil Gubernur Kepri dalam periode pertama mendampingi Ansar Ahmad.

Itupun kata dia, Marlin yang menjabat sebagai Wakil Gubernur Kepri lebih banyak melakukan kegiatan di Kota Batam bersama sang suami, Walikota Batam.

“Kita belum bisa melihat peran pentingnya sebagai Wakil Gubernur bagi semua kabupaten kota yang ada di Kepri. Sebab banyak berkegiatan di Batam. Sampai kita tidak tahu, itu tugas yang diberikan Gubernur atau memang tugas yang diberikan Walikota Batam,” sebutnya.

Dalam mengelola pemerintahan atau menjadi pemimpin di Daerah haruslah memiliki pengalaman atau pengetahuan yang matang terhadap mengelola sebuah pemerintahan. Jika hal ini tidak dimiliki.

“Dalam hal pengelolaan pemerintahan, perlu diakui bahwa pengalaman Bu Marlin masih tergolong belum matang juga. Hal ini dapat terlihat dari rekam jejaknya sebelum menjabat sebagai Wakil Gubernur. Walaupun demikian, beliau tetap dianggap baik dan tetap layak dipertimbangkan,” ungkap tokoh Pemuda Bugis Kota Batam tersebut.

Sedangkan bakal calon wakil walikota, Jefridin secara ilmu pemerintahan terbilang matang dan mampu mengisi kekosongan kekurangan Marlin. Namun, secara politik belum memiliki pengalaman.

“Pak Jefridin didasarkan pada pengalaman dan ilmu pemerintahan yang dimilikinya. Beliau telah menempuh karir dari bawah, yang kemudian menduduki posisi sebagai Kadispenda hingga saat ini sebagai Sekda,” bebernya.

Menurut Daeng, Secara ilmu pemerintahan, Jefridin terbilang sangat matang dan sesuai dengan jabatannya saat ini sebagai Sekda Kota Batam. Hal ini menunjukkan bahwa beliau memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik dalam mengelola pemerintahan.

Namun, secara politik, Jefridin belum memiliki pengalaman yang memadai, terlebih jika dilihat dari posisinya saat ini sebagai ASN. Agar dapat menjadi seorang pemimpin, pengalaman politik juga menjadi hal penting yang perlu dimiliki.

“Meskipun demikian, tetap harus diakui bahwa pak Jefridin memiliki rekam jejak yang baik sebagai Kadispenda hingga Sekda. Oleh sebab itu, sebagai calon pemimpin Kota Batam, beliau tetap patut mendapatkan pertimbangan dari Partai Politik dan masyarakat dalam pemilihan nanti,” harapnya.

Kedua, berbeda dengan Marlin, Amsakar Achmad malah memiliki pengalaman politik yang cukup matang. Amsakar bahkan hingga saat ini masih menduduki posisi Ketua DPD NasDem Kota Batam.

“Sebagai Ketua Partai di Batam, tentu Amsakar lebih matang dan lebih luas jaringan politiknya. Kepala daerah harus punya ini,” katanya.

Selain ilmu politik yang matang, Amsakar juga sangat matang dalam ilmu pemerintahan. Sebab Amsakar memiliki latar belakang seorang birokrat sebelum menjadi Wakil Walikota Batam hingga saat ini.

“Politik dapat, apalagi soal pengalaman dalam sebuah pemerintahan. Pak Amsakar sangat matang dan terbilang lebih tepat memimpin. Jadi Kadispenda pernah, hingga masuk dua periode hingga saat ini menjadi Wakil Walikota Batam,” beber Pemuda Bugis Batam ini.

“Secara objektif kita menilai, Amsakar lebih unggul daripada yang lain. Secara pendidikan oke, segi politik oke, apalagi soal ilmu pemerintahan. Tentu beliau sangat paham bagaimana cara lebih memajukan Batam itu sendiri. Dan Pak Amsakar adalah bagian yang membuat wajah Batam hingga saat ini berubah jauh lebih baik daripada sebelumnya,” sambungnya.

Sementara, Li Claudia Candra, meski wajah baru di Kota Batam. Namun tidak begitu sulit untuk memberikan penilaian tentang sosoknya.

Diketahui, Li Claudia adalah sosok politisi Gerindra, bahkan ia di percaya menjadi Ketua DPC Partai Gerindra di Tangerang Selatan.

“Secara Politik. Tentu beliau sosok yang sangat matang lah. Walaupun wajah baru di Kota Batam,” kata Daeng Harianto.

Bahkan Li Claudia dari segi pemerintahan, cukup paham pastinya. “Kalau tidak salah beliau adalah Wakil Ketua DPRD di Tangsel. Dan sangat dekat dengan Presiden terpilih Pak Prabowo. Tentu ini juga baik untuk Batam kedepannya. Dengan jaringan serta pengalaman yang ada. Dia patut di pertimbangkan untuk di pilih,”nilainya.

Daeng Harianto menyimpulkan, bahwa meskipun Marlin-Jefridin dinilai sebagai sosok yang baik, namun menurutnya Amsakar-Claudia lebih layak untuk memimpin Kota Batam.

Menurut penilaiannya, pengalaman politik dan pengelolaan pemerintahan yang dimiliki Amsakar menjadikannya pilihan yang lebih tepat untuk melanjutkan tugas-tugas kepemimpinan Muhammad Rudi di Kota Batam.

Dalam memilih calon pemimpin, kata Daeng, perlu melihat keseluruhan kompetensi dan rekam jejak masing-masing calon, baik dalam pengalaman politik maupun pengelolaan pemerintahan. Bukan karena dorongan dari pihak lain (Lurah/Camat).

“Pilih sesuai hati nurani, dengan melihat kompetensi dan rekam jejak masing-masing calon. Jangan memilih karena arahan oknum Lurah atau Camat. Jadilah pemilih yang merdeka,” tegas Daeng.

Ia juga berharap, antar sesama pendukung tidak terjadi saling mengadu domba dan merusak tatanan demokrasi.

Apalagi memunculkan politik identitas, yang hanya untuk memecah belah masyarakat. “Kalau ada yang menyebut, kenapa bukan orang Batam, apa tidak ada orang Batam. Itu jelas tidak baik. Dari dulu hingga saat ini, apa yang memimpin Batam itu asli orang Batam? Kan tidak,” tegasnya.

Sambung Daeng, selama setiap calon adalah warga negara Indonesia. Maka ia berhak maju sebagai calon kepala Daerah di Kota Batam.

“Keempat calon adalah warga negara Indonesia. Dan pastinya memiliki KTP berdomisi Batam. Kenapa tidak. Tentu mereka layak maju semua. Selama ada dukungan partai politik. Pasti semuanya punya niat dan tujuan yang baik untuk Batam. Maka kembalikan ke pemilih. Semoga yang terbaik untuk Batam,” jelasnya.

Diakhir. Daeng Harianto menitip dua pesan kepada setiap bakal calon jelang pesta demokrasi Pilkada Batam 2024.

“Para calon lah yang harus selalu mengingatkan pendukungnya. Untuk tetap santun dan saling menghargai. Berikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat. Jangan saling menghujat. Siapapun nanti terpilih, berikan ruang kepada anak-anak muda untuk berkreasi. pemerintah harus berikan tempat atau laluan untuk muda-mudi. Jangan hanya di manfaatkan semata pas calon saja. Tapi ditinggal begitu saja ketika selesai Pilkada,” terangnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *