banner 728x90
Opini  

Misa Syukur Romo Gregorius: Alumni SD Sinar Timur yang Kini Jadi Imam Katolik

Oleh: Simon Payung Masan
Ketua Yayasan Keluarga Flobamora

Jumat, 8 Agustus 2025 menjadi hari penuh sukacita bagi keluarga besar Sekolah Sinar Timur Batam. Hari itu, kami merayakan Misa Syukur (perayaan misa sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan) atas tahbisan salah satu alumni terbaik, Romo Gregorius, yang kembali ke almamaternya bukan lagi sebagai siswa, tetapi sebagai seorang imam Katolik yang tangannya terurapi, tangan yang kini berhak memberikan berkat kepada umat.

Momen Romo Gregorius melakukan berkat khusus kepada Guru nya di SD Sinar Timur.

Bagi kami di Yayasan, momen ini bukan sekadar kebanggaan, tetapi pengingat yang sangat jelas: pendidikan sejati bukan hanya soal prestasi akademik, tetapi soal membentuk karakter, iman, dan panggilan hidup. Menjadi imam bukanlah jalan yang mudah. Dibutuhkan proses panjang, pembentukan batin yang matang, dan tentu saja panggilan ilahi (dorongan dari Tuhan untuk melayani dalam hidup selibat).

Dalam dunia pendidikan, saya sering mengingatkan orang tua dan guru tentang teori Tabula Rasa, anak diibaratkan kertas putih. Coretan pertama datang dari keluarga, lalu disempurnakan oleh para guru di sekolah. Coretan yang baik akan membentuk arah hidup anak. Karena itu, TK, SD, dan SMP adalah tahap emas di mana kerja sama antara keluarga, guru, dan yayasan harus berjalan selaras.

Saya selalu menekankan bahwa hubungan antara orang tua, sekolah, dan yayasan bukanlah hubungan atasan-bawahan, melainkan kemitraan sejajar. Kami ibaratkan seperti sebuah mobil: orang tua adalah bahan bakar, guru adalah oli, dan yayasan adalah air pendingin. Jika ketiganya bekerja seimbang, anak akan melaju dengan baik dan terawat sepanjang perjalanan hidupnya.

Misa syukur ini menjadi bukti nyata dari kerja sama tersebut. Guru-guru yang dahulu mendidik Romo Gregorius kini menerima berkat dari tangan mantan muridnya sendiri, sebuah momen yang menggetarkan hati. Setelah itu, kami merayakan dengan makan bersama dan hiburan sederhana, penuh sukacita dan rasa kekeluargaan.

Kisah Romo Gregorius adalah teladan bahwa pendidikan yang dijiwai oleh cinta, teladan, dan iman akan menghasilkan buah yang indah. Harapan kami, akan lahir lebih banyak lagi alumni yang siap mengabdi, baik sebagai pastor, bruder, suster, maupun pribadi yang setia pada panggilannya masing-masing.

Karena pada akhirnya, mendidik bukan hanya menyiapkan anak untuk sukses menurut ukuran dunia, tetapi menuntun mereka untuk setia pada jalan hidup yang telah Tuhan tetapkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *