Ketua DPP RMB Kepri Kecam Keras Penganiayaan ART di Batam: Desak Proses Hukum Tegas

Foto Ketua Umum DPP Rumpun Melanesia Bersatu (RMB) Kepri, Sofyan Abdillah Lamanepa dan kondisi tubuh ART yang dianiaya Majikannya.

Batam, Owntalk.co.id — Ketua Umum DPP Rumpun Melanesia Bersatu (RMB) Provinsi Kepulauan Riau, Sofyan Abdillah Lamanepa, mengecam keras aksi penganiayaan brutal yang menimpa seorang Asisten Rumah Tangga (ART) asal Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), di kawasan Sukajadi, Batam.

Dalam pernyataan resminya, Ketum RMB Kepri menegaskan bahwa perbuatan majikan terhadap korban, yang diketahui bernama Intan (20), merupakan tindakan keji yang tidak bisa ditolerir dan melukai kemanusiaan. Korban dilaporkan mengalami luka-luka serius di wajah dan tubuh akibat penganiayaan yang dilakukan oleh majikannya bernama “Ibu Ros” dan suaminya.

“Kami dari Rumpun Melanesia Bersatu Provinsi Kepri mengutuk dengan keras tindakan biadab yang dilakukan majikan terhadap saudari kami yang berasal dari tanah Melanesia. Ini bukan sekadar tindak kriminal, tetapi penghinaan terhadap martabat manusia,” tegas Ketum RMB Kepri, Senin (23/6/2025).

Lebih jauh, ia menyampaikan keprihatinan mendalam atas masih terjadinya kasus-kasus kekerasan terhadap pekerja rumah tangga asal NTT dan daerah-daerah Melanesia lainnya yang bekerja jauh dari kampung halaman mereka demi mencari nafkah.

Ketua RMB Kepri juga mendesak aparat penegak hukum, khususnya Polresta Barelang dan Polda Kepri, untuk menindaklanjuti kasus ini secara serius, profesional, dan transparan.

“Kami minta aparat tidak ragu-ragu menjerat pelaku dengan pasal yang berat sesuai hukum yang berlaku. Tidak boleh ada upaya perlindungan terhadap pelaku, siapa pun dia. Kasus seperti ini harus menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang memperlakukan pekerja rumah tangga secara tidak manusiawi,” tegasnya.

Tak hanya itu, RMB Kepri juga mendorong pemerintah daerah serta pusat untuk memperkuat pengawasan terhadap rumah tangga yang mempekerjakan pekerja domestik, terutama mereka yang berasal dari daerah timur Indonesia.

“Selama ini para pekerja rumah tangga asal NTT dan rumpun Melanesia rentan menjadi korban kekerasan fisik maupun psikis. Negara harus hadir secara nyata melindungi mereka,” imbuhnya.

Selain RMB Kepri, berbagai elemen masyarakat NTT di Batam serta tokoh masyarakat Flores Timur, juga menyampaikan kecaman serupa. Mereka menyerukan agar seluruh jaringan diaspora NTT di Kepri bahu-membahu mendampingi korban hingga proses hukum berjalan tuntas.

Saat ini, korban telah mendapatkan perawatan medis di RS Elisabeth Batam Kota. Proses visum dan rontgen telah dilakukan, sementara pihak kepolisian terus mendalami kasus tersebut. Majikan perempuan dilaporkan sudah diamankan, sementara suaminya masih dalam pencarian aparat.

“Kami ingin kasus ini menjadi momentum nasional bahwa pekerja rumah tangga bukan budak. Mereka manusia yang punya hak untuk dihormati, dilindungi, dan diperlakukan dengan adil,” pungkas Sofyan.

Exit mobile version