Batam  

Peresmian KBG Santa Maria Maggiore: Wujud Nyata Toleransi dan Persaudaraan di Telaga Rindu Batam

Batam, Owntalk.co.id — Malam penuh makna tersaji dalam pengukuhan dan peresmian ‘Komunitas Basis Gerejawi’ (KBG) Santa Maria Maggiore di lingkungan RT. 05, RW.017 Telaga Rindu, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Batam, Senin (2/6/2025)

Kegiatan ini tidak hanya menandai terbentuknya KBG ke-41 di Paroki Fransiskus Asisi Kabil, tetapi juga menjadi simbol nyata dari semangat toleransi antar-umat beragama di tengah masyarakat yang majemuk.

Suasana hangat dan penuh kekeluargaan terasa sejak awal acara. Hadir dalam momen bersejarah ini umat Katolik, warga Muslim, dan juga perwakilan dari kalangan Protestan—menunjukkan bahwa kebhinekaan bukan sekadar slogan, melainkan hidup dan nyata di lingkungan ini.

Dalam sambutannya, Romo Petrus menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap inisiatif pembentukan KBG yang justru datang dari seorang tokoh Muslim, Anwar Djaga Aihua, Ketua RT 05 RW 017 Kelurahan Kabil.

“Saya bangga karena inisiatif membentuk KBG ini berasal dari Pak Anwar Aihua, seorang tokoh Muslim yang sangat peduli terhadap umat Katolik. Malam ini saya salut karena yang hadir bukan hanya umat Katolik, tapi juga warga Muslim dan Protestan. Ini menunjukkan bahwa kita bisa berbeda dalam keyakinan, namun tetap satu dalam persaudaraan,” ujar Romo Petrus.

Senada dengan itu, Anwar Djaga Aihua dalam sambutannya menegaskan pentingnya kehidupan yang rukun dan damai di lingkungan Telaga Rindu, sebuah kawasan yang dikenal sebagai hunian liar (Ruli), namun dihuni oleh masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan persatuan.

“Telaga Rindu memang kawasan rumah liar (Ruli), tapi orang-orangnya tidak liar. Mereka luar biasa, penuh toleransi. Semoga kegiatan ini membawa kerukunan yang lebih erat di lingkungan kita,” ungkapnya.

Sementara itu, Romo Yodi menekankan peran KBG sebagai garam dan terang di tengah masyarakat. Ia mengajak seluruh umat untuk terus menebar kebaikan tanpa memandang latar belakang agama.

“Kita bersyukur bahwa di tengah keberagaman, kita tetap hidup rukun dan saling menghormati. Perbedaan bukan halangan, tapi kekayaan. KBG ini diharapkan menjadi garam yang memberi rasa nikmat dan terang yang menuntun kepada kebaikan, bagi siapa pun, tanpa memandang agamanya,” katanya.

Mengutip ensiklik Paus Fransiskus ‘Fratelli Tutti’, Romo Yodi menegaskan bahwa semua manusia adalah saudara. Ia juga menegaskan bahwa dalam gereja Katolik, menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan bagi sesama.

Peresmian KBG Santa Maria Maggiore menjadi saksi bahwa toleransi, persaudaraan, dan gotong royong antar-umat beragama tidak hanya mungkin, tapi nyata. Telaga Rindu, meski sederhana dan tak banyak dikenal, menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bisa bersatu dalam perbedaan—seperti kata Gus Dur, “Kita boleh berbeda dalam keyakinan, tapi sama dalam kemanusiaan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *