Oleh: Simon Payung Masan
Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) Indonesia menyelenggarakan Pertemuan Nasional (PERNAS) di Hotel Jayakarta Labuan Bajo, NTT. Acara ini berlangsung selama empat hari dan diikuti oleh peserta dari enam regio, yaitu: regio Jawa, regio NUSRA, regio Papua, region MAM, regio Sumatera, dan regio Kalimantan.
Dari MPK keuskupan Pangkalpinang yang tergabung dalam regio Sumatera mengirimkan Sr. H. Martine, KKS, dan diikuti juga oleh Sr. Vianney, KKS serta Brigitta Aisin Uba Arakian, S.Pd dari Yayasan Keluarga Flobamora, sekolah Sinar Timur Batam.
PERNAS MNPK tahun 2025 ini di kemas dalam tema : “Sekolah Katolik yang Holistik, Humanis dan Ekologis demi Kebahagiaan Berkelanjutan di Abad ke-21”.
Tema ini menginspirasi kita untuk merawat nilai-nilai kehidupan yang holistic, yang merangkul dimensi personal (spiritual, intelektual, afektif), dimensi sosial, dan dimensi ekologis dalam kehidupan sehari-hari.
Kesalingterjalinan multimensional ini mendorong kita untuk bersama-sama menciptakan sekolah Katolik yang tidak hanya menekankan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk pribadi manusia yang bahagia dan bertanggung jawab terhadap bumi, rumah kita bersama. Kebahagiaan yang holistik, humanis, dan, ekologis ini dihayati dalam terang Suci, Ajaran Sosial Gereja, dan visi Paus Fransiskus.
PERNAS MNPK tahun 2025 ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh uskup Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus, Pr yang baru di tahbiskan pada 1 November 2024 lalu.
Narasumber yang didatangkan oleh Pengurus Presidium MNPK pada PERNAS tahun 2025 ini juga tidak tanggung-tanggung, yakni:
• Bapak uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, Pr
Berbicara tentang “Sekolah Katolik yang Mencintai Kehidupan”.
Mencintai Kehidupan di Abad ke 21 sekolah Katolik berakar pada Ajaran Sosial Gereja, yang menekankan penghormatan terhadap martabat manusia, keadilan sosial, dan tanggung jawab terhadap sesama serta alam semesta.
Ajaran ini mengajak sekolah Katolik untuk menjadi tempat yang tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter dan moral siswa melalui nilai-nilai Injil. Dalam konteks pastoral, sekolah Katolik berkomitmen untuk menyediakan lingkungan yang penuh kasih sayang, inklusif, dan mendukung perkembangan spiritual dan emosional siswa.
Melalui pendekatan ini, sekolah Katolik bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kehidupan, menghargai setiap individu sebagai ciptaan Tuhan, serta mendorong siswa untuk berperan aktif dalam masyarakat yang adil dan berkelanjutan. Kegiatan pastoral yang dilakukan di sekolah, seperti retret, pembinaan rohani, dan layanan sosial, menjadi sarana penting untuk menghidupkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari hari siswa dan komunitas sekolah.
• Mendikdasmen, bapak Prof.Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed
Berbicara tentang “Kebijakan Pendidikan Bermutu untuk Semua yang Unggul, Berkeadilan, Inklusif dan Berkelanjutan”.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah berfokus pada pencapaian pendidikan bermutu untuk semua, dengan prinsip keadilan dan inklusivitas sebagai landasan utama. Salah satu langkah penting adalah pendistribusian Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) ke sekolah-sekolah swasta untuk memastikan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.
Dalam rangka mendukung hal ini, Menteri juga menekankan pentingnya penerapan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa dengan kebiasaan positif yang mendukung perkembangan diri. Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) yang transparan dan adil, nondiskriminasi diharapkan dapat mengurangi ketimpangan akses pendidikan, sementara implementasi Deep Learning sebagai pendekatan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dan kreatif siswa.
Selain itu, kebijakan ini juga mengembalikan ujian nasional sebagai upaya untuk mengukur kompetensi siswa secara lebih objektif, utuh dan menyuluruh. Semua langkah kebijakan ini diarahkan untuk menciptakan sumber daya manusia unggul yang dapat berkontribusi pada terwujudnya visi Indonesia Emas 2045 melalui Asta Cita.
• Wamendikdasmen, ibu Prof. Stella Christie A.B,Ph.D
Berbicara tentang “Peradaban Kasih Manusia Berbasis Neurosains : Otak Manusia dan Otak AI”.
Otak manusia, dengan kompleksitas dan kapasitas luar biasa yang dimilikinya, telah lama menjadi pusat kecerdasan, emosi, dan hubungan sosial, yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan peradaban berbasis cinta kasih dan persaudaraan. Berbeda dengan otak manusia, kecerdasan buatan (AI) berbasis neurosains, meskipun tidak memiliki perasaan atau kesadaran, mampu memproses informasi dan belajar dari data dalam cara yang menyerupai fungsi otak manusia.
Namun, AI harus diarahkan dengan bijak agar bisa mendukung pembangunan peradaban yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, persaudaraan, dan kepedulian terhadap sesama serta alam semesta. Dengan pendekatan yang tepat, baik otak manusia maupun AI dapat bekerja bersama untuk menciptakan solusi inovatif yangmendorong terciptanya dunia yang lebih adil, inklusif dan berkelanjutan.
Dalam kerangka ini, penting untuk menjaga agar teknologi tetap dipandu oleh prinsip-prinsip moral dan spiritual yang mendalam, sehingga dapat memperkuat hubungan antar manusia dan menjaga keharmonisan dengan alam semesta.
• Prof. Dr. Anita Lie, M.A, Ed.D
Berbicara tentang “Kurikulum Sekolah Katolik yang Mengsitensakan Iman, Kebudayaan dan Kehidupan Berbasis Cinta Kasih Injil”.
Isu-isu kebijakan pergantian kurikulum pendidikan di Indonesia mencerminkan dinamika perubahan yang cepat untuk menyesuaikan dengan tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi. Pergantian kurikulum ini sering kali menimbulkan tantangan bagi sekolah-sekolah, termasuk sekolah Katolik untuk tetap menjaga relevansi dan kualitas pendidikan sambil mempertahankan nilai-nilai dasar (core values) mereka.
Dalam konteks ini, sekolah Katolik memiliki peran penting dalam mendesain kurikulum yang menyinergikan iman, kebudayaan, dan kehidupan berbasis cinta kasih Injili. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu membentuk siswa dengan karakter yang holistik, humanis, dan ekologis, serta memperkenalkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan spiritual dan moral.
Sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja, sekolah Katolik harus berfokus pada pembentukan generasi yang tidak hanya cerdas dan berprestasi, tetapi juga memiliki rasa cinta kasih, persaudaraan dan tanggung jawab terhadap sesama dan bumi. Melalui pendidikan seperti ini, sekolah Katolik dapat berkontribusi pada terciptanya peradaban yang lebih baik, adil dan berkelanjutan, yang memanusiakan dan mengedepankan kebahagiaan sejati bagi semua.
• Prof. Ir. Djohan Yoga, M.Sc, MoT, Ph.D
Berbicara tentang “Deeper Learning (Pembelajaran Mendalam) berbasis Growth Mindset”.
Tata kelola dan kepemimpinan di sekolah Katolik abad ke-21 harus mengintegrasikan growth mindset atau pola pikir berkembang yang berfokus pada kemampuan untuk terus belajar, berkembang dan menghadapi tantangan dengan optimisme dan ketekunan. Pemimpin di sekolah Katolik diharapkan tidak hanya mampu mengelola sumber daya dan membuat keputusan yang strategis, tetapi juga menginspirasi komunitas sekolah untuk mengadopsi sikap terbuka terhadap pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan.
Dengan growth mindset, pemimpin sekolah dapat mendorong siswa, guru, dan seluruh staf untuk tidak takut gagal, tetapi melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Dalam konteks pendidikan Katolik, nilai-nilai cinta kasih Injil dan kepedulian terhadap sesama menjadi dasar dalam membangun hubungan yang saling mendukung dan memotivasi untuk mencapai potensi terbaik.
Kepemimpinan yang berbasis growth mindset ini juga sejalan dengan semangat untuk membangun sekolah yang lebih inklusif, adaptif, dan inovatif, sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga membentuk karakter siswa yang siap menghadapi dunia dengan keyakinan, integritas, dan kasih sayang.
Akhirnya Pertemuan Nasional MNPK di Labuan Bajo, 10-13 Maret 2025 berjalan dengan lancar dan sukses berkat dukungan serta kolaborasi erat dari berbagai pihak yang memiliki komitmen kuat untuk memajukan Sekolah Katolik yang holistik, humanis, dan ekologis, yang bertujuan untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kebahagiaan berkelanjutan di abad ke-21.
Sinergi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat yang peduli terhadap keberlanjutan dunia dan kesejahteraan umat manusia, telah memperkuat landasan pendidikan katolik yang berorientasi pada nilai-nilai cinta kasih Injil demi kebaikan bersama dan kebahagiaan berkelanjutan.