Tuberkulosis Kembali Jadi Penyakit Menular Paling Mematikan di Dunia

Petugas kesehatan memindai warga binaan di dalam mobil pemindaian sinar X (X-Ray) saat pemeriksaan Tuberkulosis (TB) di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II-A Semarang, Jawa Tengah. (Dok. ANTARA FOTO)

Jakarta, Owntalk.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa tuberkulosis (TB) kembali menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia, menggantikan COVID-19 yang mendominasi sejak 2020.

Berdasarkan data terbaru dari 193 negara, WHO mencatat sebanyak 1,25 juta orang meninggal akibat TB pada tahun 2023, jauh lebih tinggi dibandingkan 320 ribu kematian akibat COVID-19 dalam periode yang sama.

Jumlah kasus TB juga mengalami peningkatan, mencapai 10,8 juta pada 2023—naik dari 10,7 juta pada 2022 dan 10,1 juta pada 2020. Dari total infeksi tersebut, 87 persen terjadi di 30 negara dengan India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan menjadi penyumbang terbesar hingga 56 persen dari keseluruhan kasus global.

“WHO mendesak semua negara untuk menepati komitmen yang telah mereka buat untuk memperluas akses alat penanggulangan TB dan mengakhiri penyakit ini,” ujar Direktur WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataan resminya.

TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang utamanya menyerang paru-paru. Meski penyakit ini bisa disembuhkan hingga 85 persen kasus dengan pengobatan yang tepat, TB tetap berpotensi mematikan, membunuh hampir 50 persen pasien yang tidak mendapatkan pengobatan.

“Tuberkulosis adalah penyakit yang dapat dicegah dan biasanya bisa disembuhkan,” tulis WHO dalam laporan Global Tuberculosis Report 2024.

“Namun, pada 2023, TB kemungkinan kembali menjadi penyebab kematian utama akibat infeksi tunggal, setelah tiga tahun berada di bawah COVID-19,” tambahnya.

Meski ancaman TB meningkat, WHO mencatat adanya “tren positif” dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kematian akibat TB menurun secara bertahap, kecuali selama pandemi 2020-2021, dengan angka kematian pada 2023 lebih rendah dibandingkan 1,32 juta pada 2022 dan 1,42 juta pada 2021.

Di sisi lain, WHO tengah mengembangkan solusi baru: enam vaksin potensial untuk TB saat ini dalam uji klinis tahap ketiga, yang diharapkan akan tersedia dalam lima tahun ke depan.

Upaya global untuk mengakhiri epidemi TB pada 2030 telah disepakati oleh seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan WHO.

Komitmen ini mengingatkan bahwa TB masih menjadi ancaman besar yang memerlukan langkah kolaboratif dan mendesak untuk menyelamatkan nyawa jutaan orang di masa mendatang.

Exit mobile version