Jakarta, Owntalk.co.id – Presiden Prabowo Subianto menyampaikan visinya untuk menjadikan Bali sebagai “The New Singapore” atau “The New Hong Kong,” dengan rencana pengembangan kawasan Bali Utara sebagai pusat ekonomi baru.
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo saat bertemu dengan para tokoh dan calon kepala daerah dari Partai Gerindra dalam Pilkada Bali 2024, di Kota Denpasar, Minggu (3/11/2024).
Prabowo menyatakan bahwa pemerintahannya berkomitmen untuk membangun Bandara Internasional Bali Utara di Kabupaten Buleleng.
Bandara ini diharapkan akan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi di Bali Utara, sehingga kawasan ini bisa bersaing sebagai pusat ekonomi internasional, mirip dengan Singapura dan Hong Kong.
“Saya berkomitmen membangun Bandara Internasional Bali Utara. Kita akan menjadikan Bali sebagai ‘the new Singapore’ atau ‘the new Hong Kong’ dengan pusat kawasan di utara,” ungkap Prabowo.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mendorong calon-calon kepala daerah di Bali agar berani berpikir besar dan berjuang untuk mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat.
“Indonesia harus makmur dan sejahtera, bukan hanya untuk segelintir orang, tapi untuk seluruh rakyat. Setuju?” ujarnya dengan penuh semangat.
Rencana pembangunan Bandara Bali Utara sebenarnya sudah diwacanakan sejak 2016 oleh Gubernur Bali saat itu, I Made Mangku Pastika, dan dilanjutkan oleh Gubernur berikutnya, I Wayan Koster, hingga memasuki tahap penetapan lokasi.
Namun, proyek ini sempat dicabut dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) pada 2022 dan mendapat penolakan dari Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, yang menilai bahwa pembangunan bandara di Buleleng hanya menguntungkan investor pariwisata dan bisa mengancam keberadaan masyarakat lokal.
“Ketika ada rencana bangun bandara di Buleleng, saya protes karena ini hanya untuk keuntungan pariwisata. Saya tidak setuju,” tegas Megawati dalam kunjungannya ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur pada Januari 2023.
Visi Prabowo ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pemimpin daerah dan masyarakat Bali, yang kini dihadapkan pada pilihan antara pengembangan infrastruktur besar untuk kemajuan ekonomi dan mempertahankan keberlanjutan sosial dan lingkungan lokal.