Berita  

Hakim AS Setujui Tupperware Jual Aset ke Kreditur untuk Hindari Kebangkrutan

Ilustrasi Tupperware. (Dok. Shutterstock)

Jakarta, Owntalk.co.id – Tupperware, perusahaan produsen wadah makanan ternama asal Amerika Serikat, akhirnya mendapatkan lampu hijau dari Hakim Kepailitan untuk menjual asetnya kepada kreditur dalam upaya untuk menyelamatkan diri dari kebangkrutan.

Persetujuan tersebut diberikan oleh Hakim Kepailitan Brendan Shannon di Pengadilan Wilmington, Delaware, pada Selasa (29/10), yang menyatakan bahwa penjualan aset ini adalah langkah terbaik bagi Tupperware.

Dilansir dari Reuters, Minggu (11/3), Tupperware telah berupaya menemukan pihak yang bersedia melunasi utangnya, yang kini mencapai USD 818 juta, selama beberapa bulan terakhir.

Namun, hingga saat ini belum ada penawar yang siap mengambil tanggung jawab sebesar itu. Menurut pengacara Tupperware, Spencer Winters, perusahaan mengalami kesulitan menemukan investor yang mampu membantu pemulihan finansial mereka.

Beberapa perusahaan investasi seperti Stonehill Capital Management Partners dan Alden Global Capital telah membeli sebagian utang Tupperware dengan potongan harga besar.

Mereka menyediakan dana sebesar USD 23,5 juta dalam bentuk tunai dan tambahan USD 63 juta dalam bentuk keringanan utang. Penjualan aset ini mencakup properti Tupperware di beberapa negara, termasuk AS, Kanada, Meksiko, Brasil, Tiongkok, Korea, India, dan Malaysia.

Ke depan, CEO Tupperware Laurie Ann Goldman menyampaikan bahwa perusahaan akan beralih ke model bisnis berbasis digitalisasi, mengurangi ketergantungan pada aset fisik yang sebelumnya mendominasi operasional mereka.

“Kami berfokus pada transformasi digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan cara yang lebih efisien,” ujarnya.

Langkah kebangkrutan ini diajukan Tupperware pada September 2024 setelah negosiasi panjang dengan para krediturnya terkait utang sebesar USD 700 juta.

Chief Restructuring Officer Tupperware, Brian J. Fox, mengakui kondisi keuangan perusahaan yang kian terpuruk akibat penurunan penjualan yang signifikan.

Menurutnya, Tupperware menghadapi krisis likuiditas yang semakin mendesak, ditambah dengan tekanan operasional yang terus berlanjut.

Sejak pandemi COVID-19, penjualan Tupperware mengalami penurunan tajam. Kondisi ini semakin diperburuk ketika perusahaan menutup satu-satunya pabrik di AS pada Juni lalu dan memberhentikan sekitar 150 karyawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *