Jakarta, Owntalk.co.id – Pemanasan global dan perubahan iklim terus menghantam Bumi dengan dampak yang semakin tak terkendali, ibarat bola salju yang bergulir semakin besar. Meskipun berbagai negara telah melakukan upaya mitigasi, laju perubahan iklim masih sulit dihentikan, menandakan bahwa tantangan ini lebih besar dari yang diperkirakan.
Kenaikan permukaan laut, meningkatnya frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, serta kerusakan ekosistem yang semakin parah menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim tidak hanya mengancam masa depan manusia, tetapi juga mendorong seluruh makhluk hidup menuju ambang kepunahan.
Sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia telah meluncurkan berbagai kebijakan strategis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement) menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya global untuk menjaga kenaikan suhu bumi agar tidak melampaui 1,5 derajat Celsius, batas kritis yang disepakati untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih buruk.
Namun, keberhasilan dalam mencegah perubahan iklim yang semakin parah tidak dapat dicapai hanya dengan kebijakan pemerintah saja. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan sangatlah penting.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan gaya hidup go green—sebuah pendekatan hidup yang berfokus pada pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.
Gaya hidup ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penggunaan energi yang efisien, pengurangan limbah, hingga pemilihan produk yang lebih ramah lingkungan.
Gaya hidup go green bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti mengganti lampu rumah dengan lampu LED hemat energi, menggunakan peralatan elektronik yang terbuat dari bahan daur ulang, serta mulai memanfaatkan tenaga surya dengan panel surya portabel atau kincir angin kecil untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari.
Selain itu, mengadopsi transportasi hijau, seperti beralih ke kendaraan listrik, menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari, juga menjadi bagian penting dalam upaya ini.
Dalam skala internasional, Taiwan, yang dikenal sebagai salah satu pusat industri dan teknologi inovasi ramah lingkungan, turut berkontribusi dengan meluncurkan kampanye global bertajuk “Go Green with Taiwan.”
Kampanye ini bertujuan mendorong masyarakat di seluruh dunia untuk beralih ke gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Taiwan tengah bergerak cepat untuk mencapai misi Net Zero Emission pada tahun 2050 melalui berbagai inovasi produk hijau, seperti panel surya portabel, kincir angin kecil, lampu LED hemat energi, dan skuter listrik.
Produk-produk ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil tetapi juga mendorong penggunaan energi terbarukan dan menyediakan alternatif transportasi yang lebih efisien di kota-kota besar.
Cynthia Kiang, Director General International Trade Administration (TITA), menegaskan bahwa produk-produk inovatif ini mampu memberikan solusi nyata dalam mengatasi tantangan energi global.
“Semua produk ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil tetapi juga mendorong penggunaan energi terbarukan dan memberikan alternatif transportasi yang efisien di kota-kota besar,” ujar Cynthia.
Kampanye “Go Green with Taiwan” juga mengundang partisipasi masyarakat global, termasuk dari Indonesia, untuk berkontribusi dalam mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan melalui proposal yang menggabungkan produk dan solusi hijau dari Taiwan.
Ini bukan hanya tentang mempromosikan industri hijau, tetapi juga tentang menjaga Bumi melalui kerjasama internasional. Menariknya, kampanye ini menyediakan hadiah uang tunai sebesar 20.000 dollar AS atau sekitar Rp 319 juta untuk tiga proposal terbaik, menjadikannya peluang besar bagi inovator untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan.
Kampanye “Go Green with Taiwan” diprakarsai oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) dan Taiwan International Trade Administration (TITA) di bawah Ministry of Economic Affairs (MOEA).
Pengajuan proposal dibuka dari 19 Juni hingga 31 Agustus 2024, dengan kriteria penilaian yang mencakup keberlanjutan lingkungan dan ekonomi, kelayakan, inovasi, serta keterkaitan dengan produk atau solusi dari perusahaan Taiwan.
Dengan semakin meningkatnya urgensi perubahan iklim, langkah-langkah seperti ini menunjukkan bahwa kolaborasi global dan inovasi teknologi adalah kunci untuk menghadapi tantangan yang dihadapi dunia saat ini. Hanya dengan bekerja bersama, kita bisa menjaga Bumi agar tetap layak huni bagi generasi mendatang.