Mendengkur: Tanda Tidur Berkualitas atau Gejala Kesehatan yang Terabaikan?

Ilustrasi tidur mendengkur. (Dok; Ist)

Jakarta, Owntalk.co.id – Mendengkur seringkali dianggap sebagai tanda tidur yang berkualitas, tetapi siapa sangka bahwa itu sebenarnya bisa menjadi gejala gangguan kesehatan yang serius? Penyakit jantung dan stroke, menjadi momok yang menakutkan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa penyakit jantung koroner dan stroke menjadi penyebab utama kematian bagi 15 juta warga dunia setiap tahunnya.

Di tanah air, kedua penyakit tersebut juga menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian. Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit jantung atau kardiovaskular di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tidak hanya faktor-faktor seperti kolesterol tinggi, diabetes, dan merokok yang menjadi penyebab penyakit jantung, tetapi juga ada faktor lain yang sering luput dari perhatian, yaitu mendengkur.

Penelitian dari John Hopkins University menunjukkan bahwa gangguan tidur seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA) dapat menjadi faktor risiko serius bagi penyakit jantung dan stroke.

OSA adalah gangguan tidur di mana seseorang mengalami henti napas berulang selama tidur, sering disertai dengan dengkuran keras. Penderita OSA dapat mengalami henti napas hingga puluhan kali dalam satu jam tidur.

Hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan memaksa otak untuk membangunkan penderita dari tidur untuk mengambil napas.

Meskipun seringkali dianggap sepele, mendengkur sebenarnya bisa menjadi tanda adanya OSA. Menurut pakar OSA, Alan Schwartz, sekitar 45 persen orang dewasa mendengkur ketika tidur, dan sekitar 26 persen mengorok secara teratur.

Namun, OSA tidak hanya memengaruhi kualitas tidur seseorang, tetapi juga dapat memiliki dampak yang serius bagi kesehatan secara keseluruhan.

Penderita OSA sering merasa lelah dan lesu di siang hari, sering mengalami sakit kepala di pagi hari, dan suasana hati yang buruk karena tidur yang tidak berkualitas. Selain itu, OSA juga dapat meningkatkan risiko hipertensi, diabetes, dan bahkan stroke.

Pengobatan untuk OSA dapat melibatkan berbagai langkah, mulai dari perubahan gaya hidup hingga penggunaan alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) saat tidur.

Deteksi dini gejala OSA sangat penting, terutama bagi penderita penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Langkah ini dapat membantu mengelola OSA dengan efektif dan mencegah kemungkinan komplikasi yang lebih serius di masa depan.

Dengan meningkatnya kesadaran akan potensi ancaman serius yang ditimbulkan oleh OSA, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih memperhatikan kualitas tidur mereka dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan jantung dan keseluruhan tubuh.

Exit mobile version