Jakarta, Owntalk.co.id – Penyakit kanker, sebagai pembunuh ketiga di Indonesia, terutama kanker serviks, menjadi momok yang menakutkan bagi kaum perempuan. Namun, ada kabar baik dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang terus menggelar langkah-langkah inovatif untuk memerangi penyakit mematikan ini.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan bahwa Kemenkes telah melaksanakan program ambisius untuk mengeliminasi kanker serviks. Dalam sebuah pernyataan resmi pada Minggu (17/12/2023), Menkes Budi menjelaskan bahwa dua program utama telah dijalankan.
“Program pertama melibatkan imunisasi HPV untuk anak-anak usia kelas 5 dan 6 SD, serta remaja. Program kedua fokus pada produksi vaksin HPV, yang memang harganya mahal karena ketersediaannya tidak sebanding dengan jumlah populasi,” ungkap Menkes Budi.
Lebih lanjut, Menkes Budi menjelaskan kemajuan terbaru, yaitu adanya vaksin HPV Nusagard. Dia optimis bahwa produksi vaksin di Bio Farma akan terus berkembang. Di samping itu, teknologi deteksi dini semakin canggih dengan penerapan pemeriksaan HPV DNA menggunakan teknologi Polymerase chain reaction (PCR).
Menanggapi hal ini, Menkes Budi mengumumkan rencana selanjutnya untuk menyediakan fasilitas pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR. Saat ini, 16 provinsi akan difasilitasi, dan Kemenkes berambisi bahwa sebelum tahun 2030, setiap kabupaten/kota di Indonesia akan memiliki fasilitas ini untuk memudahkan deteksi dini kanker.
“Program berikutnya adalah terapi, di mana seluruh puskesmas akan dilengkapi dengan alat bernama thermal ablation yang mudah digunakan. Dengan alat ini, lesi dapat diidentifikasi dan diterapi langsung di puskesmas,” tambah Menkes Budi.
Pada hari Sabtu (16/12/2023), Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menyelenggarakan talkshow dan meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat eliminasi kanker leher rahim di Indonesia dengan tema “Bersama Selamatkan Perempuan Indonesia dari Kanker Leher Rahim.”
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan bahwa WHO telah menetapkan strategi global untuk eliminasi kanker leher rahim pada 2018 hingga 2030, yang mencakup imunisasi, skrining menggunakan tes performa tinggi, dan pengobatan sesuai standar.
“Indonesia berkomitmen mencapai target yang sama,” kata Maxi.
Dalam acara tersebut, seorang penyintas kanker serviks, Santi (47), juga berbagi pengalaman. Awalnya dianggap sebagai miom dan kista, Santi akhirnya menerima diagnosis kanker serviks stadium 1B. Dengan semangat dan dukungan keluarga, Santi tidak menyerah. Dia menjalani pengobatan radioterapi dan operasi pengangkatan rahim, dan kini, ia telah dinyatakan sembuh dari kanker serviks. Kehidupan Santi menjadi inspirasi bahwa deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat membawa kesembuhan.