Gunakan 3 Metode Bertemakan Manifesto, Alumni S2 Arsitektur ITB Optimis Juarai Sayembara Desain Tugu Timah

Mochammad Gumilang Dwi Bintana, S.Ars., M.Ars., Sumber (ist)

Lingga, Owntalk.co.id – Putra asli daerah, Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Mochammad Gumilang Dwi Bintana, S.Ars., M.Ars., ikuti lomba desain Tugu Timah yang dibuka oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Lingga pada Kamis, (07/12) lalu. Senin, (18/12/2023).

Dengan menyongsong tema yang menceritakan tentang Manifesto atau semangat masyarakat Singkep terhadap masa depan setelah kejayaan Timah dirinya berambisi juarai sayembara tersebut.

Seperti yang diketahui, sebelumnya, pada tahun 2016 lalu, Moch. Gumilang yang saat itu masih berstatus sebagai Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Merupakan pelopor yang membidani kelahiran DCCF Post Stanium.

“Bahwa kita harus bergerak dan belajar dari masa lalu, kejayaan bisa bersifat sementara tapi berusaha jadi lebih baik hari ini untuk masa depan itu harus jadi sifat sikap,” kata Gumilang memberikan kesan kepada Kabiro Owntalk.co.id di Lingga. Senin, (18/12/2023).

Dengan mengunakan metode bergerak dari pengertian Tanda, Penanda, dan Pengalaman Ruang.

“Pertama tenang Tanda, itu dimaksudkan sebagai pengingat sejarah, peristiwa-peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Singkep, sampai kondisi masyarakat pada saat kejayaan Singkep dulu sampai dengan kejatuhan penambangan Timah Singkep,” tuturnya

Menurutnya, metode tersebut menggambarkan bentuk desain museum mini.

“Semua itu saya jabarkan dalam salah satu elemen desain, Jadi desain saya itu seperti museum mini, bahwa adanya penjelasan singkat sejarah disana,” jelasnya

Lebih lanjut, dirinya mengatakan hal tersebut merupakan pengaplikasian dari pengalaman yang telah lalu.

“Jadi diadaptasi dari riset saya tentang Sejarah Timah pada tahun 2011, Misalnya mungkin tak banyak orang tau tentang Kelompok Abang Tawi atau fakta kalau Eks Implasemen Timah pernah dibom Jepang, itu yang saya dapat waktu itu, meski saya juga bukan sejarawan yang bisa mengkonfirmasi informasi itu lebih jauh,” ucapnya

Lanjut Gumilang tentang Penanda, agar sebisanya desain tersebut mempunyai bentuk yang menggambarkan tanda-tanda seperti diatas.

“Jadi banyak elemen desain yang dipakai tapi saya sesuaikan lagi dengan kaidah arsitektur, jadi bukan patung berbentuk eksplisit tapi pakai analogi dan metafora bentu, yang diharapakan bahwa sistem penanda dapat jadi simbol yang bise dimaknai sesuai dengan konteks pemerintah dan narasi yang kita harapkan,” tambahnya

Terakhir, dirinya menjelaskan tentang Pengalaman Ruang, yang bentuk tugunya sengaja dibuat sebagai gambaran, bukan cuma tugu yang estetik instagramable, namun juga ada fungsi edukasi, fungsi meditatif, fungsi rekreasi juga.

“Jadi monumen itu dibuat dengan memperhatikan pengalaman apa yang bisa dirasakan waktu orang liat dan masuk dalam monumen itu, seperti misalnya dengan penggunaan material yang unik sehingga ketika orang dapat pengalaman ruang yang khas orang lebih bisa ingat tentang dan untuk apa Tugu Timah ni dibuat,” ucapnya

Dirinya berharap sayembara desain Tugu Timah itupun mampu membuat masyarakat lebih mengenal sejarah dan menjaganya.

“Harapan saya dari desain Tugu Timah ini tentang bagaimana masyarakat belajar dari masa lalu, bergerak untuk hari ini, berharap kejayaan di masa depan, bahwa kita bersyukur punya kekayaan alam yang besar tapi harus sadar untuk tak melulu bergantung pada kekayaan alam tersebut dan tetap menghargai merawat alam,”. tutupnya (Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *