Jakarta, Owntalk.co.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong kerjasama bersama perguruan tinggi dalam mengembangkan sub-sektor perikanan budidaya yang produktif dan ramah lingkungan.
Terutama, fokus pada komoditas-komoditas potensial seperti udang, kepiting, lobster, nila salin, dan rumput laut.
“Komoditas-komoditas ini dipilih karena memiliki pangsa pasar tinggi, yang akan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, dalam keterangan tertulis KKP, Minggu (15/10/2023).
Dalam Focus Group Discussion (FGD) Pembangunan Perikanan Budi Daya Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional, Tb Haeru menyampaikan proyeksi potensi pasar global beberapa komoditas.
Menurut data Future Market Insights 2023, pasar udang diperkirakan mencapai USD60,4 miliar tahun ini, dan pasar rumput laut mencapai USD7,79 miliar. Sementara ikan nila global, kepiting, dan lobster juga menunjukkan potensi pasar yang signifikan.
Pada kesempatan tersebut, Tb Haeru mencatat sejumlah tantangan dalam pengembangan perikanan budidaya nasional. Diantaranya, inovasi teknologi pengembangan pakan alternatif dan mitigasi dampak perubahan iklim dalam budidaya ikan.
KKP telah mengambil langkah-langkah strategis, termasuk membangun modelling Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah, dan tengah mengembangkan model budidaya untuk nila salin dan rumput laut.
Program kampung perikanan budidaya juga dilaksanakan untuk mendukung produksi pembudidaya di berbagai daerah.
Tebe menekankan peran penting perguruan tinggi dalam menghadirkan inovasi-inovasi untuk mengatasi tantangan tersebut.
“Perguruan tinggi memiliki sarjana perikanan dengan kemampuan dalam menjalankan breeding program, bioteknologi, dan sistem klaster komoditas unggulan berbasis kawasan,” ujarnya.
Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan (FP2TPK) Indonesia, Prof Maftuch, menyatakan kesiapan mendukung kebijakan dan program pembangunan perikanan budidaya.
FP2TPK akan fokus pada pengembangan kurikulum berbasis kearifan lokal sesuai kebutuhan pasar, serta mendukung produksi benih, induk unggul, dan pakan ikan.
Prof Maftuch menyarankan melibatkan dunia usaha berpengalaman dan masyarakat dalam perencanaan pembangunan budidaya Indonesia.
“FP2TPK Indonesia sepakat bersama KKP untuk membangun konsep isu-isu strategis dalam menumbuhkan minat generasi muda pada usaha perikanan budidaya,” ujarnya. Dia juga mengakui pentingnya jaminan kelestarian ekosistem dalam pengembangan perikanan budidaya, termasuk penggunaan energi baru dan terbarukan.