Opini  

Saatnya Investasi Tanpa Intimidasi

Foto : Simon Payung Masan.

Catatan : Simon Payung Masan

“TAK KAN MELAYU HILANG DI BUMI,” Slogan ini telah menciptakan jejak mendalam dalam ingatan saya sejak masa kecil, bahkan telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh para leluhur kita. Namun, saat ini, kelihatannya slogan tersebut kehilangan makna ketika kita menyadari bahwa ada kemungkinan besar “KEBERADAAN MELAYU DI PULAU REMPANG” di Batam, tanah leluhur mereka, terancam.

Tentu saja, mereka memberontak, dan siapa pun yang memiliki nurani pasti akan berdiri bersama mereka, menentang ketidakadilan dan kekerasan yang ditunjukkan oleh prajurit-prajurit yang seharusnya kita banggakan sebagai pelindung negara ini.

Hanya dengan dalih “MENJALANKAN PERINTAH” berdasarkan undang-undang, mereka bertindak dengan kejam. Mereka menilai siapa pun yang menentang petugas sebagai provokator yang melanggar hukum dan harus ditangkap.

Sebagai seorang warga asli yang lahir dan besar di tanah Melayu Kepulauan Riau, hati kita hancur melihat bagaimana cara masalah di Rempang sedang diatasi saat ini.

Jelas-jelas masyarakat disana ‘BUKAN MENOLAK INVESTASI’, tetapi yang sangat mereka sesalkan dan akhirnya melawan karena TIDAK ADANYA SOSIALISASI YANG JELAS dari para pemangku kepentingan.

BP Batam berdalih telah melakukan komunikasi, tetapi itu bukanlah musyawarah untuk mencapai kesepakatan, melainkan lebih pada pemberitahuan bahwa masyarakat harus pindah ke lokasi hunian baru dengan segala fasilitas yang telah disediakan.

Sebagai seorang tokoh masyarakat dari Flores di Kepulauan Riau dan Batam khususnya, serta sebagai warga asli yang lahir dan besar di sini, saya dengan tegas mengecam cara-cara yang terkesan tidak menghormati kemanusiaan ini.

Apapun alasannya, kemanusiaan harus tetap menjadi prioritas utama dalam kehidupan ini dan harus diperlakukan dengan serius serta dihormati sebagai hak dasar setiap individu.

Saya juga ingin menyampaikan apresiasi kepada saudara-saudara kita dari Nusa Tenggara Timur yang berada di Rempang, yang telah mampu menjaga ketenangan dan tidak melawan petugas dalam peristiwa kemarin.

Ibu-ibu dan anak-anak telah mengalami trauma dan ketakutan karena apa yang mereka saksikan, dengan mata yang berkaca-kaca, napas yang berdebar, dan perasaan lainnya.

Sekarang, mari kita tidak lagi merenungkan apa yang terjadi kemarin. Mari kita bersama-sama memikirkan hari ini dan masa depan, dan apa yang harus kita lakukan untuk diri kita sendiri dan sesama.

Saran konkret saya adalah segera mengkomunikasikan masalah ini secara bijak dengan para tokoh Melayu di Rempang. Kita tidak harus mencari kesalahan mereka yang sebenarnya “tidak bersalah”.

Mari kita sepakati bahwa kita mendukung investasi ini, karena keberadaannya juga dapat meningkatkan martabat tanah Melayu itu sendiri demi kebaikan semua orang.

Kita juga harus mendukung agar semua pihak menghormati hak-hak masyarakat di beberapa desa tua yang ada di sana dan mencari solusi tanpa mengintimidasi atau merugikan mereka, bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk generasi mendatang. Semoga masalah di Rempang segera mendapat penyelesaian yang adil.

Penulis adalah seorang tokoh masyarakat Nusa Tenggara Timur yang lahir dan besar di Batam.

Exit mobile version