Kemenkes Katakan Anak-Anak Rentan Terkena Obesitas

Ilustrasi anak terkena obesitas. (Dok; ANTARA)

Jakarta, Owntalk.co.id – Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Lovely Daisy, menyatakan bahwa obesitas memiliki risiko yang sangat tinggi pada anak-anak.

Kasus obesitas bahkan meningkat 10 kali lipat selama empat dekade, dari tahun 1975 hingga 2016, pada usia 5 hingga 19 tahun.

Dalam keterangan resmi yang dikutip oleh InfoPublik pada Rabu (12/7/2023), Lovely menyatakan bahwa obesitas berkaitan dengan kurangnya aktivitas fisik. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, 64 persen anak usia 10 sampai 14 tahun memiliki tingkat aktivitas yang rendah.

“Kurangnya aktivitas fisik ini berhubungan dengan tingkat kebugaran anak-anak sekolah yang sebagian besar rendah. Ini menunjukkan risiko yang tinggi, terutama jika ditambah dengan pola konsumsi makanan yang buruk pada anak-anak kita,” ujar Lovely.

Obesitas juga erat kaitannya dengan jumlah anak yang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Menurut Riskesdas 2018, sebanyak 65 persen anak-anak tidak sarapan, sehingga mereka memilih untuk membeli makanan jajan di sekolah tanpa pengawasan orang tua.

Lovely menyatakan bahwa pemantauan pertumbuhan anak perlu dilakukan setiap bulan. Hal ini penting untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, baik itu kekurangan maupun kelebihan gizi, sehingga intervensi dapat dilakukan dengan cepat.

Strategi pencegahan obesitas pada anak dapat dilakukan melalui pengaturan pola makan. Anak-anak perlu makan secara terjadwal, mengonsumsi makanan pokok tiga kali sehari, dan makanan selingan dua kali sehari.

“Selain itu, rutin melakukan aktivitas fisik dan orang tua harus menyediakan makanan bergizi yang seimbang, serta membantu anak-anak menjadi selektif dan sehat dalam memilih makanan,” kata Lovely.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki strategi pencegahan obesitas melalui promosi kesehatan dan pengelolaan obesitas dengan mengendalikan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).

Promosi kesehatan dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti Puskesmas, dengan melakukan deteksi dini berat badan dan lingkar perut, mengimbau masyarakat untuk memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, serta meningkatkan konsumsi protein, buah, dan sayur.

Sedangkan untuk pengendalian faktor risiko PTM, dilakukan melalui penatalaksanaan obesitas yang adekuat, terapi obesitas seperti diet sehat, latihan fisik, modifikasi perilaku, pendekatan medis, dan rujukan yang diperlukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *