Ketahanan Perbankan Nasional Kuat

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. (Foto; ANTARA)

Jakarta, Owntalk.co.id – Ketahanan perbankan nasional masih sangat kuat di tengah tantangan ekonomi global. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) hingga rasio kecukupan modal (CAR).

Bank Indonesia (BI) mencatat, rasio CAR perbankan berada di level 26,02% pada Februari 2023. Nilai itu meningkat dibandingkan Februari tahun sebelumnya di level 25,85%.

“Artinya, semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan perbankan untuk menampung risiko kerugian kredit. Dengan nilai CAR yang tiggi, maka bank dapat membiayai kegiatan operasional dan mendorong pertumbuhan profitabilitas perusahaan,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam siaran pers yang diterima, Selasa (25/4/2023).

Perry menegaskan, risiko kredit perbankan juga terkendali. Hal ini tecermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah, yaitu 2,58% (bruto) dan 0,75% (neto) pada Februari 2023. Sementara tahun lalu, NPL berada di level 3,08% (bruto) dan 0,87% (neto).

NPL merupakan indikator kesehatan aset perbankan. Dengan penurunan tingkat NPL tersebut, maka rasio kredit gagal bayar di perbankan makin rendah dan kualitas kredit juga makin sehat.

Ia menyampaikan, bahwa ketahanan perbankan lainnya juga terlihat dari likuiditas perbankan pada Maret 2023 yang terjaga didukung pertumbuhan DPK sebesar 7% yoy pada Februari 2023.

“Kemudian pertumbuhan kredit perbankan pada Maret 2023 tetap tinggi yaitu sebesar 9,93% yoy,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, pekan lalu.

Sementara itu, pembiayaan syariah juga menunjukkan kinerja positif, dengan pertumbuhan lebih tinggi mencapai 19,43% yoy pada Maret 2023.

Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, yaitu mencapai 8,63% yoy pada Maret 2023, didukung realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 30,31 triliun hingga 31 Maret 2023.

Perry menilai, kredit atau pembiayaan yang tinggi didorong kondisi likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan yang masih longgar.

“Pertumbuhan kredit atau pembiayaan juga ditopang oleh peningkatan permintaan korporasi dan rumah tangga seiring dengan kinerja usaha korporasi dan UMKM, serta konsumsi rumah tangga yang terus terjaga,” jelasnya.

Ia menegaskan, pihaknya akan terus mendorong intermediasi perbankan terutama kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih, KUR dan kredit atau pembiayaan hijau, guna mengakselerasi pemulihan ekonomi.

Dengan memperhatikan perkembangan dan upaya sinergis yang dilakukan, pertumbuhan kredit pada 2023 sesuai dengan prakiraan sebelumnya yaitu dalam kisaran 10%-12%.

Di sisi lain, nilai transaksi uang elektronik (UE) pada Maret 2023 tumbuh tinggi 11,39% yoy sehingga mencapai Rp 34,1 triliun. Nilai transaksi digital banking meningkat 9,88% yoy menjadi Rp 4.944,1 triliun.

Sedangkan nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga naik 0,45% yoy menjadi Rp 707,1 triliun pada Februari 2023.

“Ke depan, peningkatan transaksi ekonomi dan keuangan digital diprakirakan berlanjut sejalan kenaikan aktivitas masyarakat dan perluasan serta optimalisasi ekosistem pengguna,” pungkas Perry.

Exit mobile version