Batam, Owntalk.co.id – Kepolisian Daerah (Polda) Kepulauan Riau bersama tokoh-tokoh agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama bertekad menjaga kerukunan menjelang tahun Pemilu 2024. Tekad itu dikumandangkan usai melakukan Dialog Lintas Agama yang diselenggarakan Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Kepulauan Riau, di Golden Prawn, Restaurant, Bengkong, Batam, Jumat, 24/2/2023.
”Semua pihak sepakat untuk menjaga silaturahim antar umat beragama. Saya sebagai Muslim tidak salah ikut merayakan Natal. Ibadahnya saya tidak ikut, tetapi perayaannya saya ikut bergembira bersama saudara saya Nasrani (Kristiani). Itulah salah satu bentuk silaturahim yang harus tetap dijaga sebagai wujud kerukunan antar umat beragama,” kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Prof Dr Ir Chablullah Wibisono, MM, di hadapan ratusan tokoh agama, di Ballroom Golden Prawn Restauran, Bengkong, Kota Batam, 24/2/2023.
Chablullah menjelaskan kerukunan antar umat beragama di Kepulauan Riau, khususnya di Kota Batam, selama ini telah terjaga dengan baik, meski diakui perlu ditingkatkan. ”Potensi gangguan kerukunan itu selalu ada, baik dari dalam internal satu agama, maupun lintas agama. Tetapi jika moderasi beragama terus diwujudkan dalam praktek sehari-hari yang dimulai dari tokoh panutan hingga anggota masyarakat dan komunitas setiap agama, niscaya kedamaian itu akan selalu terjaga,” ucap Chablullah.
Kapolda Kepri Irjen Pol Drs Tabana Bangun, M.Si diwakili oleh Kabagbinopsnal Ditbinmas Polda Kepri AKBP Arozatulo Telaumbanua, S.Sos M.M, menyampaikan data-data gangguan keamanan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi Kepri dari segi keamanan tergolong kondusif. ”Tetapi potensi kerawanan gangguan keamanan selalu muncul ketika ada kelompok yang mendahulukan ego masing-masing. Sebagai penanggungjawab keamanan dan ketertiban masyarakat, kami dari Polda Kepri terus melakukan koordinasi, antara lain melalui dialog seperti saat ini,” kata Arozatulo Telaumbanua.
Ketua Persatuan Gereja Gereja Indonesia Wilayah Kepulauan Riau (PGIW) Kepri, Pdt Renova Sitorus, S.Th, menjelaskan kerukunan umat beragama berkorelasi dengan pemahaman hakikat keagamaannya atau spiritualismenya. ”Kasih, mengasihi orang lain yang berbeda, merupakan tujuan dari iman seseorang. Perbedaan yang sering menjadi konflik, seharusnya disyukuri dan dirawat. Sikap dan tindakan merawat perbedaan itulah yang membuat keberagamaan itu menjadi penting,” tegas Pdt Renova Siturus.
Dalam konteks keIndonesiaan, kata Pdt Renova Sitorus, moderasi beragama hendaklah dijadikan sebagai strategi budaya baru untuk merawat masyarakat yang damai, toleran dan saling menghargai keragamaan. ”Saya melihat moderasi beragama sebagai cara hidup untuk rukun, saling menghormati, menjaga dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena perbedaan yang ada, dan itu telah terjalin di Kepri ini,” ujar Pdt Renova Sitorus.
Sementara Kepala Seksi (Kasi) Kristen Protestan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Batam, Esther Sri Liasni, M.Si, menjelaskan pentingnya setiap tokoh dan anggota komunitas gereja memahami aturan-aturan yang menata kehidupan setiap umat beragama. ”Aturan pendirian gereja dan tempat ibadah lainnya, merupakan landasan kita dalam menghadapi sesama anggota masyarakat, baik di internal satu agama, maupun menghadapi anggota masyarakat lintas agama,” kata Esther.
Sebagai bagian dari pemerintah, Esther menjelaskan pentingnya memahami aturan-aturan yang telah dibuat sebagai rambu-rambu yang mengatur agar hubungan umat lintas agama terus terjalin serasi, harmonis, dan pada akhirnya tercipta kerukunan beragama. ”Beberapa kejadian yang memicu konflik di Batam, berasal dari sesama satu komunitas agama, dan bisa membesar menjadi antar pemeluk agama. Salah satu penyebab utamanya adalah kurang memahami aturan-aturan yang telah dibuat sebagai landasan merajut hubungan inter dan antar umat beragama,” tutur Esther.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Kepulauan Riau, Dr Johannes Tarigan, MSi, MAIE, menjelaskan pentingnya komunikasi yang harmonis antara tokoh agama dan lintas agama. ”Komunikasi itu adalah seni yang membuat hubungan antara anggota masyarakat yang berbeda, baik suku, budaya, pendidikan, maupun agama. Merajut perbedaan itu, merupakan seni yang dapat dinikmati setiap anggota masyarakat,” kata Johannes Tarigan.
DPW MUKI Kepri, menurut Johannes Tarigan, akan selalu mendorong para tokoh agama dan tokoh masyarakat mengaplikasikan moderasi beragama di tengah masyarakat Kepulauan Riau yang majemuk. ”Kita bangga berada di tengah masyarakat yang majemuk, datang dari berbagai wilayah dari Indonesia ke Kepulauan Riau, khususnya Batam, membawa harapan. Harapan mendapatkan keberhasilan mesti diawali dengna rasa damai. Rasa damai itulah yang akan tercipta saat semua anggota masyarakat menjaga harmonisasi, termasuk memahami moderasi beragama,” kata Johannes.
Hadir dalam Dialog Lintas Agama itu, 120-an tokoh agama, Islam, Kristen, Katolik, Budda, Hindu. Hadir juga mahasiswa dair Gerakam Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), GAMKI, dan Pemuda NU. Tidak ketinggalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) dan tokoh organisasi keagamaan di Kota Batam. ”Penyelenggaraan dialog ini berhasil dengan baik atas kerjasama DPW MUKI Kepri dengan Polda Kepri. Kami berharap dialog seperti ini bisa mematangkan moderasi beragama mulai dari tokoh agama hingga umat masing-masing agama di Kepulauan Riau,” kata Sekretaris DPW MUKI Kepri, Emerson Tarihoran. (*)