Gempa Magnitudo 7,8 Mematikan di Turki-Suriah

Bangunan yang runtuh setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang melanda Turki hingga Suriah, Senin (6/2/2023). (Dok; Anadolu Agency via Getty Images)

Jakarta, Owntalk.co.id – Gempa dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Senin (6/2/2023) kemungkinan akan menjadi salah satu bencana yang paling mematikan dalam dekade ini dengan korban jiwa diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.

Pusat gempa berada sekitar 26 km sebelah timur kota Nurdagi di Turki pada kedalaman sekitar 18 km di Patahan Anatolia Timur. Lalu gempa menyebar ke arah timur laut, membawa kehancuran ke Turki tengah dan Suriah.

“Jika kita hanya melihat gempa (besar) yang direkam oleh seismoter, itu akan terlihat kurang lebih kosong,” kata rekan peneliti kehormatan di British Geoglogical Survey, Roger Musson.

Di Turki, rata-rata ada kurang dari 20 gempa bermagnitudo lebih dari 7,0 setiap tahun. Hal itu membuat peristiwa baru-baru ini tergolong kejadian luar biasa.

“Dibandingkan dengan gempa M 6,2 yang melanda Italia tengah pada 2016 dan menewaskan sekitar 300 0rang, gempa Turki-Suriah melepaskan energi 250 kali lebih banyak,” Kata Kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana University College London, Joanna Faure Walker.

Pada saat itu, lempengan bantuan padat saling mendorong melintas garis patahan vertikal, membangun tekanan hingga akhirnya tergelincir dalam gerakan horizontal, melepaskan sejumlah besar tekanan yang dapat memicu gempa bumi.

Patahan San Andreas di California mungkin merupakan patahan geser paling terkenal di dunia, dengan para ilmuwan memperingatkan bahwa bencana gempa sudah lama tertunda.

“Gempa di permukaan tanah akan lebih parah daripada gempa bumi yang lebih dalam dengan besaran yang sama disumbernya,” kata David Rothery, ahli geogsains di Universitas Terbuka di Inggris.

Sebelas menit setelah gempa awal, wilayah itu dilanda gempa susulan berkekuatan 6,7. Gempa berkekuatan 7,5 terjadi beberapa jam kemudian, diikuti oleh gempa 6,0 di sore hari.

“Apa yang kami lihat sekarang adalah aktifivitasnya menyebar ke patahan tetangga dan kami memperkirakan kegempaan akan berlanjut untuk sementara waktu,” kata Musson

Selain itu, cuaca musim dingin yang dingin, membuat orang yang terperangkap di bawah reruntuhan memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *