Jakarta, Owntalk.co.id – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 bukan sekadar arena dari pimpinan negara dan pemerintahan negara-negara G20. Kalangan bisnis dari negara anggota G20 pun turut urun rembuk dalam mendukung isu-isu prioritas yang dibahas pada Presidensi G20 Indonesia 2022.
Menjelang KTT G20 yang digelar 15-16 November 2022, para pemimpin bisnis dari negara-negara G20 yang tergabung dalam Business 20 (B20) Indonesia telah menyepakati menyerahkan rekomendasi kebijakan (policy reccomendation) final atau komunike (communique) kepada Presiden RI Joko Widodo selaku Pengarah Panitia Nasional Presidensi G20 Indonesia.
Komunike B20 ini diserahkan saat hari kedua penyelenggaraan B20 Summit, Senin (14/11/2022) di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali. Momentum tersebut sekaligus menjadi puncak acara atau penutupan konferensi dari komunitas bisnis global negara-negara G20 ini. Selang sehari setelah penyerahan Komunike B20, Presiden RI Jokowi langsung memimpin KTT G20 yang juga berlangsung di The Apurva Kempinski, Nusa Dua. Pertemuan akbar ini dihadiri oleh 41 delegasi negara G20, negara undangan serta lembaga internasional.
Forum dialog B20 merupakan outreach group dari G20 yang mewakili 6,5 juta komunitas bisnis internasional yang menyumbang 80 persen produk domestic bruto (PDB) dunia. B20 merefleksikan peran sektor swasta sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang.
B20 Summit sendiri dihadiri oleh lebih dari 3.000 peserta yang terdiri atas CEO, pimpinan negara, dan bos dari berbagai perusahaan multinasional yang berasal lebih dari 40 negara.
Hadir para pembicara dari tokoh bisnis global baik secara daring maupun di Nusa Dua seperti pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk dan pendiri Amazon, Jeff Bezos, UN Ambassador Anne Hathaway, dan Ketua World Economic Forum (WEF) Klaus Schwab. Sejumlah pemimpin bisnis multinasional juga tampil memberikan pengalaman dan pandangan mereka soal tantangan global ke depan seperti Jon Moore (CEO BloombergNEF), Alan Jope (CEO Unilever), Bill Winters (CEO Standard Chartered), Andrew Forrest (Chairman and Founder of Fortescue Future Industries and Fortescue Metals Group), Mohammed Y. Al Qahtani (Senior Vice President Saudi Aramco), dan Seiji Izumisawa (President and CEO Mitsubishi Heavy Industries).
B20 Summit atau KTT B20 Indonesia juga menghadirkan sejumlah kepala negara di antaranya Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Ratu Maxima dari Belanda, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, hingga Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol.
Sebagai salah satu engagement group terkemuka dari G20, B20 memiliki andil besar dalam menentukan arah kebijakan ekonomi global pascapandemi, khususnya melalui KTT G20. Komunike ini berisi ringkasan inti atas pandangan, arahan dan solusi dari seluruh gugus tugas atau task force (TF) dan action council B20 yang telah bekerja untuk merumuskan rekomendasi kebijakan sepanjang 2022.
Selama hampir setahun, B20 Indonesia telah menyiapkan Komunike B20, dokumen yang merangkum seluruh policy recommendation, policy action dan legacy program untuk diserahkan kepada KTT G20 agar dapat diadopsi dan diimplementasikan G20.
Chair of B20 Indonesia, Shinta Kamdani menegaskan bahwa policy recommendation yang dihasilkan B20 bagi G20 adalah kontribusi penting Indonesia untuk pemulihan ekonomi global.
“Sepanjang Presidensi B20 Indonesia, kami tetap berkomitmen untuk memberikan platform bagi bisnis untuk berdialog dan mendukung pemerintah G20. Pada tahun 2021, kami memasuki babak baru: The Great Reboot yang memperlihatkan pergeseran dari mengelola krisis untuk kemudian berinovasi memanfaatkan peluang baru,” kata Shinta Kamdani yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia.
Bersama dengan 6 Task Force dan 1 Action Council, B20 Indonesia telah mencapai solusi berbasis konsensus lintas negara melalui hasil 25 policy recommendation, dan 68 policy action agar ditindaklanjuti oleh negara-negara G20. Selain itu, B20 Indonesia mendorong dampak konkret dan perlu mempersiapkan diri untuk lompatan besar (Great Rebound) pada tahun-tahun depan.
Seiring dengan arahan Presiden Jokowi saat B20 Summit, B20 Indonesia menetapkan tiga prioritas utama untuk B20 Summit sejalan dengan prioritas agenda Presidensi G20 yang diinisiasi oleh Indonesia. Yakni terkait problem mendasar bagi negara berkembang dan negara maju, yakni ekonomi hijau atau transisi energi, pemberdayaan UMKM dan perempuan, dan penguatan ketahanan kesehatan global.
“Ketiga elemen ini adalah kunci untuk memastikan kolektif, berkelanjutan dan pertumbuhan inklusif untuk semua negara. Untuk itu, kami merumuskan tiga terobosan yaitu inovasi untuk pertumbuhan pascakrisis yang adil, penyertaan UMKM dan kelompok rentan untuk pembangunan berkelanjutan, dan kolaborasi negara maju dan berkembang untuk pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan,” jelas Ketua Umum Kadin Indonesia yang juga Host of B20 Indonesia Arsjad Rasjid.
Isi Komunike B20
Adapun, isi dari komunike terdiri atas tiga bagian penting. Pertama berisi pesan kunci berupa ringkasan isu prioritas yang diangkat dan dikembangkan oleh enam Task Forces dan satu Action Council, yakni inovasi, inklusivitas, dan kolaboratif.
Setidaknya B20 Indonesia menghasilkan 25 rumusan rekomendasi kebijakan dan 68 kebijakan aksi, masing-masing TF merumuskan rekomendasi setelah mengidentifikasi persoalan dan tantangan dari area prioritasnya.
Bagian kedua komunike berisi rekomendasi kebijakan dan tindak lanjut kebijakan yang dikembangkan oleh Task Force dan Action Council B20 Indonesia yakni Digitalization; Integrity & Compliance (I&C); Future of Work & Education (FoWE); Trade & Investment (T&I); Energy, Sustainability and Climate (ESC); Women in Business Action Council (WoBAC), dan Finance and Infrastructure (F&I).
Bagian terakhir berisi pernyataan dari the International Advocacy Caucus (IAC), kelompok yang terdiri dari puluhan CEO perusahaan global terkemuka dan pemimpin federasi bisnis dari negara-negara G20 yang menjadi pengarah Presidensi B20 sekaligus merepresentasikan legacy programs B20 Indonesia untuk dunia.
Legacy Programs B20 Indonesia diyakini akan memberikan dampak untuk menjawab isu penting dunia yakni transisi hijau, pertumbuhan inklusif, layanan sehat yang adil dalam jangka panjang. Sehingga legacy bisa memastikan hasil kerja B20 dapat diimplementasikan secara berkelanjutan.