Setoran pajak sektor pertambangan ini menjadi salah satu dari lima sektor usaha dengan kontribusi terbesar pada bulan lalu. “Sektor pertambangan berkontribusi 7,1 persen dari total penerimaan pajak bulan lalu yang mencapai Rp109,11 triliun. Selain sektor pertambangan, sebagian besar setoran pajak dari lapangan usaha lainnya juga sudah tumbuh positif,” ujarnya.
Dari gambaran di atas, terjadinya eskalasi di benua biru itu memang memberikan pengaruh positif bagi neraca dagang Indonesia, terutama naiknya permintaan terhadap sektor pertambangan dan minyak kelapa sawit. Bagi pelaku usaha, naiknya permintaan dan juga diiringi dengan kenaikan harga komoditas tentu memberikan keuntungan yang luar biasa bagi mereka.
Bisa jadi, pelaku usaha di sektor itu akan menggenjot 3ekspor untuk memanfatkan momentum tersebut. Naiknya permintaan dan harga terhadap sejumlah komoditas juga akan memberikan implikasi bagi makro ekonomi nasional, yakni potensi terjadinya inflasi.
Memanasnya tensi geopolitik antara Rusia, Ukraina, dan negara-negara pendukungnya ibarat pisau bermata dua bagi perekonomian Indonesia. Satu sisi bisa memberikan manfaat ekonomi, permintaan batu bara dan CPO naik. Di sisi lain, naiknya permintaan dan terdongkraknya harga juga berpotensi memunculkan inflasi yang tinggi.
Oleh karena itu, situasi yang dilematis ini perlu diwaspasdai implikasi yang muncul ke depannya. Harapannya, pemerintah tetap bisa menjaga stabilitas perekonomian yang sudah cukup solid. Kinerja ekonomi yang sudah positif di awal tahun dan memunculkan optimisme pemulihan ekonomi ke arah yang tepat patut terus dijaga keberlanjutannya.