Situasi HAM Memburuk, 2 Raksasa Migas Dunia Tinggalkan Myanmar

Total dan Chevron Corp (Foto : Google)

Jakarta, Owntalk.co.id – Salah satu perusahaan raksasa migas (minyak dan gas bumi) terbesar di dunia, TotalEnergies menghentikan semua operasi di Myanmar. Hal ini diumumkan pihak TotalEnergies sejak Jumat (21/1) lalu.

Menyusul pula Chevron Corp, perusahaan asal Amerika Serikat itu juga memutuskan untuk menarik diri dari proyek migas di Myanmar.

Situasi dan kondisi kasus pelanggaran hak asasi manusia yang semakin memburuk pasca kudeta tahun lalu membuat kedua perusahaan raksasa migas dunia ini memutuskan untuk menarik diri dari Myanmar.

Penyataan resmi dari TotalEnergies menyebut bahwa situasi dalam hak asasi manusia yang terus memburuk di Myanmar telah membuat pihaknya memberikan penilaian dan diputuskan tidak memungkinkan lagi TotalEnergies untuk memberikan kontribusi yang positif.

Diketahui TotalEnergies meninggalkan proyek ladang gas Yadana di Laut Andaman, yang menyediakan listrik bagi masyarakat Burma dan Thailand dan memproduksi sekitar enam miliar meter kubik gas per tahun.

Sementara itu, Chevron Corp dalam pernyataan resminya menyebut telah meninjau minat dan memungkinkan transisi perusahaan yang terencana dan teratur dengan mengambil keputusan untuk keluar dari Myanmar.

Human Rights Watch menyebut proyek gas alam adalah satu-satunya sumber pendapatan mata uang asing terbesar di Myanmar yang menghasilkan lebih dari US$ 1 miliar setiap tahun.

Exit mobile version