Subandi bercerita, sebelum diperbantukan di tempat ujian praktik, ia hanya bertugas sebagai tukang bersih-bersih di Satuan Lalu Lintas. Berselang beberapa tahun kemudian, berkat kemahirannya dalam berkendara sepeda motor, Subandi dipindah ke bagian ujian praktik SIM C.
“Saya gabung di Satlantas sudah hampir 7 tahun ini. Saat pertama itu saya diuji juga oleh petugas, karena untuk ujian ini butuh konsentrasi dan ketenangan, saya sempat grogi dan gagal dua kali, tapi ujian yang ketiga akhirnya bisa,” imbuhnya.
Dikatakan Subandi, dia mulai bisa mengendarai sepeda motor sejak lulus dari bangku SMA. Untuk bisa mahir berkendara di tengah keterbatasan fisik yang dimiliki membutuhkan proses waktu tersendiri.
“Dulu itu meskipun sudah bisa tapi tidak berani di jalan raya, tapi setelah benar-benar mahir akhirnya saya mengajukan permohonan SIM, karena SIM merupakan kelengkapan berkendara dan bisa digunakan untuk menunjang aktivitas saya,kebetulan waktu itu ada program SIM D di Satpas SIM dan saya ikut dan yang pertama di Trenggalek” ujarnya.
Subandi mengaku, sebelum bekerja di Polres Trenggalek, dia sempat merantau ke Kalimantan Timur kerja serabutan membantu orang tua berkebun dan mencari kayu bakar.
“Sebelum kerja di Satpas SIM Polres Trenggalek, saya sempat merantau ke Kalimantan kerja serabutan membantu orang tua, ” katanya.